Powered By Blogger

Tuesday, November 10, 2015

KEARIFAN LOKAL SUKU SASAK DALAM MENJAGA KELESTARIAN HUTAN DAN MATA AIR DI HUTAN ADAT MANDALA, LOMBOK UTARA

BAB I 
PENDAHULUAN
Sumber daya alam merupakan suatu kekayaan yang tiada nilainya bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia pada masa kini tidak hanya terbatas pada kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan akan kesehatan juga menjadi hal penting dalam hidup manusia. Semua kebutuhan manusia tersebut disediakan oleh alam. Dengan kata lain, manusia tergantung pada alam. Sementara alam itu sendiri terbentuk dari susunan hubungan saling ketergantungan antara elemen satu dengan lainnya yang sangat kompleks. Hubungan yang terjalin antar elemen adalah saling mempengaruhi sehingga arus energi mengarah pada struktur makanan, keanekaragaman biotik, dan daur material. Kehilangan atau ketidakseimbangan salah satu elemen pada mata rantai arus energi tersebut sudah tentu akan menyebabkan gangguan pada yang lain pada sistem tersebut.
Setiap penghuni bumi sama-sama memiliki kepentingan untuk bertahan hidup. Masing-masing negara dan bahkan kelompok komunitas masyarakat memiliki cara-cara tersendiri untuk melindungi sumber daya yang mereka miliki. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep keanekaragaman hayati merupakan hal yang bersifat universal.
Sementara dari perspektif budaya, konsep biodiversity tidak dapat lepas dari faktor manusia yang memiliki tanggung jawab terhadap keberlangsungan keanekaragaman yang ada di muka bumi. UNESCO dan UNEP pada KTT Dunia mengenai Pembangunan Berkelanjutan yang diadakan di Johannesburg tahun 2002 menyatakan bahwa pembangunan yang lestari memerlukan keanekaragaman budaya dan keanekaragaman hayati sebagai komponen yang sama penting dan utama. Maksud dari pernyataan tersebut adalah untuk melindungi keanekaragaman hayati dan sekaligus menghargai dan mengakui hak dan peran masyarakat lokal sebagai agen utama yang menjaga dan membentuk keanekaragaman hayati.
UNESCO menyatakan bahwa kita tidak akan bisa memahami dan mengkonservasi lingkungan alam kita jika tidak memahami kebudayaan dari manusia yang ikut membentuk alam tersebut. UNEP bahkan menyebutkan bahwa keanekaragaman budaya merupakan pencerminan dari keanekaragaman hayati. Kedua pernyataan tersebut merupakan pengakuan bahwa masing-masing budaya memiliki pengetahuan, praktik-praktik, maupun representasi budaya lain dalam memanfaatkan dan menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Hal-hal tersebut terefleksikan dalam keseharian hidup dan tradisi lokal setempat yang sering disebut dengan kearifan lokal.
Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
I Ketut Gobyah thiam “Berpijak pada Kearifan Lokal” mengatakan bahwa kearifan lokal (local genius) adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kerifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun nilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal.
Kearifan tradisi yang terkandung pada masing-masing budaya memang bersifat lokal, namun makna inti dari produk budaya tersebut memiliki benang merah yang sama, yaitu konservasi keanekaragaman hayati sebagai suatu nilai yang bersifat univesal. Bahasa dan pendekatan yang dipergunakan sangat mungkin berbeda, walaupun demikian, tradisi maupun pengetahuan yang lokal yang disampaikan mempunyai tujuan yang sama untuk melindungi lingkungan alam (Jopela, 2011; Garrett, 2007; Byers, Cunliffe & Hudak, 2001).
Nilai-nilai lingkungan yang tercermin dari praktek-praktek kearifan lokal meliputi perlindungan, pemanfaatan secara lestari, dan pemeliharaan. Nilai tersebut berhubungan secara langsung, saling terkait, dengan sistem kemasyarakatan dan sosial suatu komunitas. Semua kegiatan diterapkan untuk dilaksanakan semua anggota komunitas dan ditujukan untuk kepentingan dan kebaikan bersama.
Berbagai contoh dari praktik-praktik masyarakat lokal yang menerapkan aktivitas konservasi biodiversity dapat dijumpai di seluruh belahan dunia. Seperti di negara Zimbabwe – Afrika Selatan, masyarakat yang tinggal di dekat hutan di sepanjang aliran sungai Musengezi percaya bahwa hutan yang ada di dekat pemukiman mereka adalah hutan keramat. Penduduk dilarang mengambil hasil hutan tanpa meminta ijin melalui seorang “pawang yang merupakan medium dari roh-roh yang tinggal di dalam hutan. Masyarakat setempat yakin bahwa roh leluhur mereka tinggal dalam hutan. Roh-roh penduduk yang meninggal juga akan bergabung dengan leluhur mereka di hutan dalam wujud satwa liar, misal: para kepala suku akan mengambil wujud hewan singa.
Kearifan lokal dalam menjaga keanekaragaman hayati ini tidak saja dilakukan oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari sumber daya alam yang ada di darat. Masyarakat pesisir pun memiliki kebajikan setempat dalam menkonservasi ekosistemnya. Sebagai contoh di negara Tanzania, penduduk pesisir memiliki kepercayaan bahwa gugusan terumbu karang dijaga oleh roh-roh jahat sehingga mereka tidak berani sembarangan menangkap ikan di area tersebut. Kepercayaan ini tentu sangat membantu mengkonservasi habitat terbaik untuk pemijahan biota-biota laut.
Suku sasak juga memiliki beberapa kearifan lokal, khususnya yang terdapat  di kawasan hutan adat Mandala, Lombok utara. Berfungsi untuk konservasi hutan dan pelestarian sumber daya alam dan menjaga sumber mata air untuk kebutuhan manusia. Maka dalam kesempatan ini kami akan membahas tentang kearifan lokal yang ada  di kawasan hutan mandala, Lombok utara.


PEMBAHASAN
Masyarakat adat suku sasak di Lombok memandang hutan pada dasarnya terbagi dalam dua kawasan yakni pawang dan gawah. Pawang merupakan kawasan hutan yang dikeramatkan dimana terdapat sekumpulan pepohonan besar yang biasanya terdapat sumber mata air sehingga tidak dapat diganggu sama sekali. Sedangkan kawasan gawah merupakan daerah dimana terdapat pepohonan dan aneka satwa sebagai tempat berburu dapat dikelola dan dipetik hasilnya secara lestari atas ijin dari Pemangku.
Dalam kesederhanaan cara pandang tersebut terkandung kearifan terhadap kelestarian lingkungan yang mendalam. Penggolongan suatu kawasan hutan sebagai pawang merupakan mekanisme untuk melindungi dan melestarikan fungsi hutan sebagai water catchment area (daerah tangkapan air) yang termasuk sebagai kawasan yang dilindungi. Sedangkan Gawah merupakan kawasan hutan yang menjadi salah satu sumber penghidupan yang dimanfaatkan dan diambil hasilnya secukupnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan jauh dari niatan eksploitasi untuk dijual ke pasar dan komoditisasi.
Data Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kabupaten Lombok Utara (KLU), terdapat 36 lokasi hutan adat di KLU. Luas hutan adat itu 380,23 hektar. Dari seluruh hutan adat ini, hampir semuanya memiliki mata air. Mata air yang tetap terjaga kelestariannya.
Pawang mandala merupakan salah satu hutan tutupan adat yang artinya dilindungi secara adat dengan adanya Awiq-awiq. Hutan adat mandala ini terletak di kaki gunung rinjani tepatnya di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Kata Mandala menurut beberapa tokoh adat setempat, berasal dari dua suku kata Ma dan Bendala, Ma berarti Pemberian dan Bendala berarti tempat menyimpan sesuatu (sejenis peti) jika digabung menjadi Mendala yang berarti Pemberian dari Tuhan berupa suatu tempat menyimpan debit air yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat disekitarnya.
Hutan adat Mandala diyakini masyarakat Bayan sebagai tempat sakral, karena di salah satu bagian terdapat Mesjid Bakeq atau mesjidnya para jin. Selain itu sumber mata air yang ada di Mandala diyakini mempunyai hubungan langsung dengan air yang berada di Danau Segara Anak, Gunung Rinjani. Gunung Rinjani merupakan jatung kehidupan masyarakat di Pulau Lombok, karena seperti diketahui, 90 % mata Air yang berada di Pulau Lombok itu terdapat di hutan kawasan Gunung Rinjani. Jadi air dari Gunung Rinjani ini menjadi sumber kehidupan di Pulau Lombok. Dengan luas yang tidak terlalu besar yaitu 1359 m2, tetapi hutan adat mandala memiliki banyak sumber mata air.  Sumber mata air yang ada di hutan adat ini, oleh masyarakat adat Bayan masih disakralkan, karena termasuk salah satu sumber mata air dari sembilan mata air yang diyakini sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat suku sasak.
Keberadaan Hutan Mandala kaya dengan nilai-nilai luhur budaya. Salah satunya adalah konsep “Pemalik” yaitu ketika seseorang hendak masuk ke hutan secara sembarangan. Larangan memasuki hutan Mendala secara sembarangan, yang bila dilanggar akan mendapat musibah atau gangguan di kemudian hari. Dan apabila hutan Mandala dirusak serta kayunya ditebang, maka perusak tersebut diwajibkan membayar denda adat yang harus dipenuhi. Itu sebabnya mengapa Hutan Mandala tetap bertahan dari masa ke masa dan memberikan air dan berbagai manfaat lainnya menjadikannya pemberian Tuhan yang berharga dan memiliki arti bagi kehidupan masyarakat Bayan.
Masyarakat suku sasak di bayan punya cara unik dalam menjaga ketersediaan dan kelestarian mata air dan hutan. Jika banyak daerah lain mengerahkan tenaga pengaman dalam jumlah besar dari berbagai satuan, mulai dari pohut, polisi, bahkan tentara, lain halnya dengan daerah ini. Di kawasan hutan adat Mandala, terdapat lembaga adat untuk menjaga kelestarian hutan dan sumber air. Lembaga adat yang terdiri dari Pemangku Adat yang bertugas sebagai pemimpin gundem (musyawarah) adat, lalu ada Penghulu Adat, dan Pembekel Adat yang bertugas memberikan pendapat, masukan, usulan pada Pemangku Adat terkait adanya persoalan di dalam hutan adat itu. Sebagai salah satu produk “Undang-Undang” dalam pengelolaan hutan adat ini, masyarakat adat Bayan telah membuat Awiq-Awiq Hutan Adat Mandala. Soal keamanan hutan adat, ada Lang-Lang Jagad yang bertugas seperti polisi kehutanan. Ada juga Inan Air, orang yang memimpin saat selamatan mata air. Aturan-aturan dalam pengelolaan hutan adat itu memang normatif, namun sanksi bagi pelanggaran itu justru yang menjadi paling berat. Awiq-awiq adat yang kuat dalam menjaga dan melestarikan sumber mata air yang ada, dan awiq-awiq (aturan adat) tersebut wajib ditaati oleh semua masyarakat adat atau masyaarakat lainnya.
Ada lima isi awiq-awiq yang dibuat antara lain :
1.      Dilarang mengambil / memetik, mencabut, menebang, menangkap satwa dan membakar pohon/ kayu-kayu yang mati yang terdapat dalam kawasan hutan adat.
2.      Dilarang menggembala ternak di sekitar pinggir dan di dalam kawasan hutan adat yang dapat menyebabkan rusaknya flora dan fauna hutan.
3.      Dilarang mencemari / mengotori sumber-sumber mata air didalam kawasan hutan adat.
4.      Dilarang melakukan meracuni Daerah Aliran Sungai (DAS) menggunakan fottas, decis, setruman dan lain-lainnya, di sekitar dan di luar kawasan hutan adat, yang dapat menyebabkan musnah / terbunuhnya biotik-biotik yang hidup di sungai.
5.      Bagi setiap pemakai / pengguna air baik perorangan maupun kelompok diwajibkan membayar iuran / sawinih kepada pengelola hutan adat dan sumber mata air.

Untuk menegakkan dan menjalankan awiq-awiq yang dibuat dengan konsep adat (hukum adat) dan kearifan lokal ini, bagi yang melanggar semua atau salah satu dari awiq-awiq itu, maka dikenankan sanksi yang wajib dipatuhi oleh siapapun yang melanggar. Jika aturan tersebut dilanggar maka hukum adat akan bertindak dengan cara pemangku dan masyarakat adat berkumpul berdasarkan laporan dari saksi. Kemudian, pelaku dipanggil untuk dimintai keterangan. Jika seseorang terbukti bersalah, masyarakat adat akan mengenakan sanksi yang pantas. Jika ada seseorang yang meracuni hutan  dengan berbagai bahan kimia hukumannya adalah menyowok dan denda uang bolong sebanyak 1000 buah. Istilah menyowok yaitu upacara ritual dengan memotong hewan ternak baik kerbau maupun kambing sesuai dengan ringan beratnya pelanggaran dan dilengkapi dengan sajian eteh-eteh yaitu beras, kelapa, bumbu-bumbuan dan dimasak dengan daging hewan yang dipotong dengan sesaji berupa, sirih pinang, dan kapur sirih, pelanggarnya diolesi darah hewan yang dipotong dicampur kelapa parut dan dioleskan didahi.
Hukuman untuk orang yang menanam hutan dengan cengkeh dan kelapa hukumannya adalah menyowok dan penebang tanaman yang telah ditanamnya. Jika seseorang berternak di dalam hutan  maka ternak dikeluarkan  dari dalam hutan. Bagi yang mengotori pawang hukumannya membersihkan hutan dari benda-benda yang mencemari lingkungan. Untuk yang melakukan penggalian barang tambang maka dikenakan hukuman berupa menyowok menampel dan denda uang bolong sebanyak 10000 buah dan menghentikan penggalian. Jika sanksi tidak dipatuhi bagi si pelanggar adalah, dikucilkan atau diasingkan dan tidak diakui sebagai masyarakat adat.
Keharmonisan antara masyarakat adat dengan hutan membuat hutan dan mata air tetap lestari. Berkat terjaganya hutan adat mandala, melalui mata air yang ada di hutan masyarakat dapat mengairi 112 Ha sawahnya dan menjadi sumber air bersih di bayan dan 3 desa lainnya. Indahnya hutan yang berada di kaki gunung rinjani ini menjadikan hutan adat mandala dijadikan tujuan wisatawan local maupun internasional. Bukan hanya pesona hutan serta kesegaran mata airnya menjadikan tempat ini wajib dikunjungi wisatawan, hutan ini juga dijadikan hutan wisata edukasi dengan menyuguhkan tradisi-tradisi masyarakat bayan yang tetap terelihara hingga sekarang.  Wujud syukur masyarakat terhadap kelestarian hutan dan melimpahnya ketersediaan air yang ada di hutan mandala, pada setiap tahunnya diadakan selamatan Mata Air  atau Roah Pengembulan dihadiri oleh seluruh petani pemakai air dan secara sukarela mereka membawa masing-masing seekor ayam dan bahkan kerbaupun kadang di bawa untuk disemblih di mata air dan sebagai hidangan untuk dinikmati bersama-sama sampai acara selamatan itu ditutup oleh kiayi dengan doa-doa sebagai rasa syukur kehadirat Allah SWT.
Konsep pelestarian hutan dan mata air di hutan adat mandala berlandaskan kearifan lokal masyarakan suku sasak bayan menjadikan hutan dan mata air tetap terjaga hingga saat ini. Kelestarian yang tetap terjaga selama tradisi – tradisi di masyarakat tetap terpelihara. Kearifan lokal masyarakat adat di bayan dalam menjaga hutan dan mata air, menjadikan Mata air Mandala, Pemenang I Lomba Perlindungan Mata Air (Permata) tingkat Nasional pada tahun 2012. Pengelolaan Hutan Adat Mandala merupakan wujud hubungan suku sasak bayan dengan lingkungannya, yang menghargai dan menjaga keberadaannya sehingga memberi manfaat yang besar bagi Masyarakat Bayan.

Sumber :
Utama, I.M.S. & N. Kohdrata. 2011. Modul Pembelajaran Konservasi Keanekaragaman Hayati dengan Kearifan Lokal. TPC Project, Udayana University – Texas A & M University.
http://fariz-rifai.blogspot.com/2014/12/kearifan-lokal-suku-sasak-dalam-menjaga.html


TENTANG WANITA

HAL- HAL YANG TIDAK DISUKAI WANITA DARI LAKI- LAKI YANG DICINTAINYA

Wanita adalah sosok yang sangat  mengagumkan. Sosok yang bisa menentramkan hati laki- laki. Wanita merupakan salah satu perhiasan dunia yang paling indah. Terlebih jika sifat – sifatnya dihiasi dengan akhlak mulia, maka akan menambah keindahan  dirinya. Sifat- sifat itu seperti  penyabar, lemah lembut , penyayang dan berbagai sifat terpuji lainnya.
Karena saya merasa tertarik dengan seorang wanita, akhirnya saya mencoba untuk mengetahui seluk beluk wanita. Berupaya untuk mengilmui sebelum mendekatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk melakukan pengamatan pribadi. Sebenarnya saya sudah membaca beberapa artikel tentang hal apa saja yang tidak disukai wanita dari sikap laki- laki yang dicintainya, namun saya belum puas jika belum membuktikannya secara langsung. Tujuannya sih sederhana yakni hanya sekedar ingin tahu sikap wanita terhadap laki- laki yang dicintainya.
Sehingga saya merumuskan sebuah masalah apa saja sih sikap- sikap yang tidak disukai wanita dari laki- laki yang dicintainya. Kemudian saya terjun langsung, melakukan pengamatan dengan berbagai macam metode mulai dari bertanya secara langsung ke pihak wanita dan mengamati orang- orang bahkan sampai turun tangan langsung.
Hasilnya saya mendapatkan beberapa sikap laki- laki yang tidak disukai oleh wanita. Sebenarnya sih masih banyak, akan tetapi karena keterbatasan waktu pengamatan maka Cuma beberapa yang saya sebutkan disini.
1.       wanita tidak menyukai laki- laki yang bawel, cerewet dan banyak bertanya.
2.       Wanita tidak suka jika masa lalunya terus diungkit dan dipermasalahkan.
3.       Wanita tidak suka dicuekin dan didiemin, mereka ingin selalu diperhatikan
4.       Wanita tidak suka dibanding- bandingkan dengan wanita lain
5.       Wanita tidak suka kepada laki- laki yang selalu membahas wanita lain didepannya
6.       Wanita paling benci jika laki- laki tidak sampai angkat telpon, bahkan ketika panggilannya sampai ditolak atau saat hpnya tidak aktif, rasanya mereka pengen banting hp
7.       Wanita paling kesel jika sms nya yang panjang lebar dibalas oleh pihak lelaki dengan kata- kata singkat misalkan Oow, apalagi Cuma huruf o, huruf kecil lagi. Nah kalo sudah begini pasti di balas dengan huruf Y besar. Itu tandanya dia sedang kesel.
8.       Wanita terkadang tidak suka laki- laki yang sebentar- bentar mengumbar perasaanya, mengatakan I LOVE U berkali- kali.
9.       Wanita tidak suka ketika marah didiemin tanpa di bujuk kembali, biasanya wanita akan reda marahnya jika laki- laki mengeluarkan kata maaf
10.   Namun  setelah saya tau , bahwa wanita paling benci laki- laki yang hanya mendekatinya untuk dijadikan objek penelitian. Pada saat itu saya memutuskan untuk mengakhiri pengamatan karena saya tidak mau menerima resiko yang lebih besar lagi. Sehingga didapatkanlah beberapa hasil dari pegamatan selama ini yang mana ini semua merupakan sikap laki- laki yang tidak disukai wanita. Perlu diketahui bahwa respon setiap wanita itu berbeda- beda, jadi ini tidak mewakili seluruhnya.


Sekian semoga bermanfaat.

Monday, August 17, 2015

Inventarisasi Jenis Lebah Penghasil Madu Genus (Apis & Trigona) di Kawasan Taman Wisata Alam Kerandangan Kabupaten Lombok Barat

Inventarisasi Jenis Lebah Penghasil Madu Genus (Apis & Trigona) di Kawasan Taman Wisata Alam Kerandangan Kabupaten Lombok Barat
Kusumawardani
1Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
RINGKASAN
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki kekayaan fauna salah satunya  lebah madu. Lebah madu merupakan serangga yang sangat bermanfaat bagi manusia karena menghasilkan madu dan berbagai produk lain seperti propolis, royal jelly , beepollen (tepung sari),  malam atau lilin (bee wax) dan racun lebah (venom). Produk- produk hasil lebah madu sangat membantu manusia untuk berbagai kebutuhan seperti sumber makanan, obat- obatan, bahan kosmetik dan lain sebagainya. Pulau Lombok berpotensi sebagai kawasan budidaya lebah madu. Hal ini terlihat dari luasnya kawasan hutan yang dapat dijadikan habitat bagi lebah madu, disamping itu diketahui juga bahwa kawasan hutan di Pulau Lombok menyediakan beragam tumbuhan dan tanaman berbunga sebagai sumber pakan lebah madu Seperti kawasan hutan yang berada di TWA Kerandangan. Potensi keanekaragaman lebah madu seharusnya dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat di sekitar hutan Kerandangan. Akan tetapi belum diketahui jenis lebah madu yang ada di kawasan TWA Kerandangan menjadi masalah bagi budidaya lebah madu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis lebah penghasil madu yang terdapat di kawasan TWA Kerandangan. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan April – Juli 2016 dengan metode jelajah. Pengambilan sampel dilakukan di Taman Wisata Alam Kerandangan, Lombok Barat. Identifikasi, pengolahan data dan analisis dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Mataram. Pengambilan sampel lebah madu dilakukan pada pagi dan sore hari. Adapun sampel yang diambil yakni hanya lebah pekerja.

Kata kunci : Inventarisasi, lebah madu, deskriptif eksploratif, identifikasi, TWA, Kerandangan.

Thursday, June 11, 2015

PENGAMATAN PRIMATA DI TNGR KEMBANG KUNING, LOMBOK TIMUR

PENGAMATAN PRIMATA

Tepatnya hari jumat tanggal 15 Mei 2015, sore itu sekitar jam 16.00 WITA aku dan teman- temanku mengemasi barang- barang yang dibutuhkan seperti tenda, alas duduk(tikar), tali dan pelbagai makanan seperti nasi, dua kotak air mineral kemasan gelas dan satu buah galon. Tak lupa juga alat- alat untuk mengamati hewan primata seperti teropong dan kamera digital. Aku tak lupa juga membawa perlengkapan sendiri yang telah siap dalam ranselku. Hal ini dalam rangka kegiatan camping sekaligus praktikum lapangan yakni melakukan pengamatan primata yang ada di TNGR Kembang Kuning.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya bis yang kami tunggu akhirnya datang. Bis yang lumayan besar dengan warna putih dengan sedikit hiasan warna biru bertuliskan Universitas Mataram telah siap membawa kami ke tempat tujuan. Kami memasukkan barang- barang  ke dalam bagasi belakang bis. Aku duduk di paling belakang. Suasana nyaman dengan AC yang sepoi- sepoi ditemani dengan suara musik pop kemudian dangdut menambah serunya suasana. Sekitar pukul 16.50 WITA  kami berangkat menuju Taman Nasional Gunung Rinjani Kembang Kuning ( Jeruk Manis) Lombok Timur.
Meskipun lupa jalan dan bahkan sampai kelolosan, akhirnya sekitar jam 18 .45 WITA kami sampai di TNGR Kembang Kuning dan langsung turun dari bis dan tak lupa menurunkan barang- barang bawaan. Saat itu cahaya mulai menghilang diganti oleh kegelapan malam.
Hawa dingin terasa menusuk kulitku, suhunya sekitar 16 - 17 0 C, suasana  gelap gulita dengan taburan bintang- bintang di langit , suara- suara aneh yang begitu asing terdengar oleh telinga seolah- olah menyambut kedatangan kami. Kami langsung berkemas dan mulai mencari tempat mendirikan tenda. Tenda pun selesai didirikan , berjumlah empat buah tenda yang sudah siap untuk ditempati. Selanjutnya kami  pun merapikan barang- barang bawaan dan solat. Kayu bakar pun dicari dan dikumpulkan untuk membuat api unggun. Selanjutnya kita makan malam bersama dengan lauk seadanya, ada ikan bakar dan sambel tempe. Namun semuanya terasa nikmat karena kebersamaan.
Santap malam pun usai, kegiatan pun berlanjut dengan acara diskusi bersama atau bisa dibilang kuliah malam yang langsung dibawakan oleh bapak Dr. Islamul Hadi M.Sc. Diskusi berlangsung dengan seru, berbagai pertanyaan dilontarkan oleh kawan- kawan termasuk aku juga bertanya,  mulai dari masalah yang berkaitan tentang primata sampai pertanyaan yang bersifat umum. Bapak pun menjawabnya dengan fasih dan mudah dipahami. Acara diskusi pun selesai. Kita pun bubar dan melakukan aktivitas masing- masing, ada yang langsung tidur, ada yang berkumpul saling bercerita, ada yang pergi melakukan pengamatan dan sebagainya. Sedangkan aku merebahkan tubuhku didekat api unggun sampai akhirnya aku tak sadar sudah berada di alam mimpi.
Suara ayam pun terdengar berkokok digubuk dekat TNGR menandakan pagi telah tiba, suasana gelap masih menyelimuti, suhu terasa semakin dingin tak pelak membuat tubuh ini mencari kehangatan, selimut pun semakin dipererat sebagai salah satu cara beradaptasi terhadap lingkungan. Namun suara azan yang berkumandang memaksa aku untuk bangun dan menyuruhku solat.
***
Sarapan pagi telah siap dengan lauk pauk yang lebih sedehana , kami pun bersama- sama makan dan semua terasa nikmat. Usai sarapan kegiatan pun berlanjut dengan kegiatan utama yakni melakukan pengamatan primata. Sekitar pukul 07. 45 WITA kami pun berangkat untuk melihat tingkah laku dari primata. Berjalan mengikuti trek yang telah ditentukan terkadang juga keluar dari jalan utama untuk mencari sosok lutung dan monyet ekor panjang yang memang keduanya adalah penghuni tetap dari hutan tersebut. Setelah sekian lama kami mencari akhirnya pada sekitar jam 09.03 WITA sosok lutung pun terlihat. Sekitar 11 ekor lutung berhasil terlihat dengan berbagai aktivitas yang dilakukannya seperti berpindah tempat, melompat dari pohon satu ke pohon lainnya, mencari makan dan lain sebagainya. Terlihat lutung itu memakan pucuk daun dedep ( borok) Deskripsinya sebagai berikut.


Lutung ( Trachypithecus auratus)  mempunyai panjang tubuh dari ujung kepala hingga tungging , jantan betina dewasa rata- rata 517 mm dan panjang ekornya rata-rata 742 mm. Warna rambut hitam, diselingi warna keperak- perakan. Bagian ventral bewarna kelabu pucat dan kepala mempunyai jambul. Anak lutung yang baru lahir bewarna kuning jingga dan tidak berjambul. Setelah meningkat dewasa warnanya berubah menjadi hitam kelabu. Namun kami tidak  melihat anaknya. Adapun makanan Lutung yakni lutung kebanyakan makan daun dan sedikit makan buah dan bunga.
Perilaku lutung, dalam hidupnya lutung membentuk kelompok dengan beberapa individu mulai dari 6- 23 ekor. Dalam setiap kelompok terdapat jantan sebagai pemimpin kelompok dan beberapa betina serta anak- anak yang masih dalam asuhan induknya. Aktivitas hariannya yakni lutung aktif pada siang hari (diurnal ). Jantan dominan mendominasi anggota kelompok dalam hal perlindungan, pengamanan dalam pergerakan, dan merawat. Jantan selalu menjaga anggota kelompoknya dari berbagai gangguan yang berasal dari luar atau dari kelompok lain. Lutung hitam , dalam melakukan pergerakan, lebih sering meloncat saat pindah pohon. Kadang –kadang mereka juga berjalan dengan keempat anggota tubuhnya saat bergerak dicabang pohon yang besar atau saat turun ditanah. Daerah jelajah mereka berkisar antara 15- 23 Ha, pergerakan harian dapat mencapai 500- 1300 Ha. Lutung ini sering memilih tidur di pohon sekitar sungai. Tidur pada dahan atau percabangan pohon. Suara lutung jantan hampir sama dengan suara lutung lain yakni suaranya bergetar dan patah – patah (chak...chak...chak...). Suara ini merupakan  alarm bagi anggota kelompok.
Setelah puas mengamati lutung kami pun melanjutkan perjalanan untuk mencari sosok macaca atau monyet ekor panjang. Perjalan yang lumayan jauh dengan trak yang tidak begitu sulit karena memang jalannya sudah dibeton dan diperbagus. Hal ini supaya memudahkan pengunjung yang ingin menikmati wisata alam ditempat tersebut. Di ujung jalan perjalanan terdapat air terjun yang cukup tinggi yang sangat indah bila dipandang, airnya super dingin hingga menusuk kulit. Aku sempat merasakan dinginnya air itu. Percikan air dari atas tebing menyegarkan mukaku. Setelah puas menikmati indahnya air terjun. Kami kemudian kembali untuk melanjutkan pengamatan. Aku dan temanku Tantri berjalan paling depan di tengah perjalanan aku melihat segerombolan anak- anak  berteriak dan lari ketakutan dikejar oleh pejantan dari macaca. Namun macaca itu tak lama menghilang padahal belum siap di foto. Setelah sekian lama berjalan  akhirnya sekelompok macaca terlihat diatas pohon berjumlah sekitar 7 ekor macaca yang sedang mencari makan berupa buah dan ada yang sedang kawin, berlari dan sebagainya. Adapun deskripsi macaca sebagai berikut:


Monyet ekor panjang dengan bahasa latin Macaca fascicularis merupakan jenis monyet yang mempunyai panjang ekor lebih kurang sama dengan panjang tubuh, yang diukur dari kepala hingga ujung tubuhnya. Panjang tubuh berkisar 385- 648 mm. Panjang ekor pada jantan dan betina antara 400- 655 mm. Warna tubuhnya bervariasi, mulai dari abu- abu sampai kecoklatan dengan bagian ventral bewarna putih. Anak yang lahir berambut kehitaman. Masa kehamilan berkisar antara 153- 179 hari dan umumnya melahirkan hanya satu ekor anak. Adapun habitatnya hidup pada hutan primer dan sekunder mulai dataran rendah sampai dataran tinggi sekitar 1000 meter diatas permukaan laut. Monyet ini memakan segala jenis makanan (omnivora), namun komposisinya mengandung lebih banyak buah- buahan (60 %), selebihnya berupa bunga, daun muda, biji, umbi. Monyet ekor panjang hidup dalam kelompok, yang terdiri dari banyak jantan dan betina dewasa. Jumlah individu setiap kelompok berbeda- beda. Besar kecilnya kelompok ditentukan oleh ada tidaknya pemangsa atau kelimpahan sumber pakan alam. Jantan muda kadang- kadang hidup soliter atau membentuk kelompok kecil dengan jantan muda lain.
Adapun aktivitas hariannya, jenis pergerakan dari genus Macaca pada umumnya diklasifikasikan sebagai ‘quadropedal’, dengan kategori berjalan dengan empat anggota badannya. Selain itu, Macaca pada umumnya juga dapat memanjat dan loncat (leaping), yang bisa mencapai sejauh 5 m. Jenis monyet ini juga dapat berenang dengan baik. Jelajah hariannya dapat mencapai lebih 1500 meter dan daerahnya bervariasi mulai dari 10-80 ha di daerah hutan primer. Monyet ekor panjang bersifat diurnal. Pada siang hari seringkali dipakai untuk istirahat dan bermain bagi anak- anaknya. Adapun saat mendapatkan ancaman dari luar, biasanya monyet ini mengeluarkan suara yang keras dan melengking(onomatopoeic).
Setelah puas melihat aktivitas dari Macaca, kami pun kembali ke tenda, beristirahat, makan dan solat sembari menunggu bis yang datang menjemput. Tak lupa kita juga berdiskusi dan mulai mengemasi barang- barang dan tenda. Untuk menyimpan kenangan tak lupa juga kita berfoto bersama, selfie bersama. Sungguh pengalaman yang begitu berharga dan begitu banyak pelajaran dan ilmu yang bisa saya dapatkan. Tak lama menunggu akhirnya bis itu pun datang dan kami kemudian pulang. Hati kami begitu puas dan senang. Terima kasih khususnya saya ucapkan kepada Bapak Dr. Islamul Hadi M.Sc. yang telah bersabar membimbing kami dan mengajarkan kami berbagai hal dan berbagi ilmunya bapak semoga dibalas dengan berbagai kebaikan.

SEKIAN ^ ^

Tuesday, June 9, 2015

IDENTIFIKASI GOLONGAN AROMATIS DAN FENOL

ACARA IV
IDENTIFIKASI GOLONGAN AROMATIS DAN FENOL

A.      PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.      Tujuan Praktikum:
a.       Mengenal reaksi-reaksi senyawa aromatis.
b.      Mengidentifikasi senyawa golongan aromatis.
c.       Mengidentifikasi adanya fenol.
d.      Mengenal reaksi-reaksi yang membedakan fenol monovalen dan polivalen.
2.      Waktu  Praktikum:
Jumat, 29 November 2013
3.      Tempat Praktikum:
Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B.         LANDASAN TEORI
Senyawa aromatis merupakan senyawa lingkaran yang strukturnya berkaitan dengan benzene yang mengandung enam electron , didalam satu lingkaran yang beratom 6 atau senyawa turunan hidrokarbon heterosiklik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi. Sebagian besar senyawa anorganik bahan alam adsalah senyawa-senyawa aromatis. Senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna alam yang menyebabkak warna pada bunga,kayu pohon tropis bermacam-macam dan lumut termasuk zat warna alizatin (sovia,2006:5).
            Senyawa aromatis ini mengandung cincin aromatis yang hanya terdiri dari atom karbon seperti benzene,naktalena,cincin karbon aromatis ini biasa tersubstitusi oleh atau lebih gugus hidroksil atau bahan alam aromatis ini sering disebut sebagai senyawa fenol walaupun sebagaian diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas (darwis,2001:54).
Fenol ialah senyawa yang gugus OH – nya melekat langsung pada cincin aromatis, Fenol berbeda dari alkohol dalam sifat fisik dan kimianya. perbedaan yang paling penting adalah keasaman fenol, meskipun bukan asam kuat, mudah bereaksi dengan natrium hidroksida untuk membuat garam fenoksida, pembuatan fenol menggunakan  jenis reaksi yang sangat berbeda dengan yang digunakan untuk membuat alkohol ( Oxtoby,2001 : 124).
Fenol merupakan salah satu senyawa organic yang berasal dari buangan industry yang berbahaya bagi lingkungan dan manusia dalam konsentrasi tertentu senyawa ini dapat memberikan efek yang buruk terhadap manusia antara lain berupa kerusakan hati dan ginjal,penurunan tekanan darah,pelemahan detak jantung hingga kematian. Senyawa ini dapat dikatakan aman bagi lingkungan jika konsentrasinya berkisar antara 0,5-1,0 mg/I sesuai dengan KEP No.51/MENLH/10/1995 dan ambang batas fenol dalam air baku air minum adalah 0,002 mg/I seperti dinyatakan oleh BAPEDAL. (Slamet,2005:67).

C.       ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1.      Alat-alat Praktikum:
a.       Bunsen
b.      Korek api
c.       Neraca analitik
d.      Penjepit tabung reaksi
e.       Pipet tetes
f.       Pipet volum 1 ml
g.      Pipet volum 5 ml
h.      Rak tabung reaksi
i.        Rubber bulb
j.        Spatula
k.      Tabung reaksi

2.      Bahan-bahan Praktikum:
a.       Larutan Anilin
b.      Larutan Benzena
c.       Larutan Fehling A
d.      Larutan Fehling B
e.       Larutan Fenol
f.       Larutan Kloroform
g.      Larutan H2SO4 pekat berasap
h.      Resorsinol 0,1 gram
i.        Serbuk AlCl3 anhidrat
j.        Serbuk asam benzoat

D.      SKEMA KERJA
1.      Reaksi dengan H2SO4 Pekat Berasap

 













2.      Reaksi dengan CHCl3-AlCl3
 












3.      Reaksi dengan Pereaksi Fehling

 
















4.      Reaksi dengan FeCl3-piridin (Tidak Dilakukan)

 
















5.      Reaksi Almen (Tidak Dilakukan)

 








E.     HASIL PENGAMATAN
1.         Uji Gugus Aromatis
Reaksi Zat
H2SO4 Pekat Berasap
CHCl3-AlCl3 anhidrat
Benzena





Anilin






Asam benzoat
Warna awal bening
Setelah dicampur terjadi pemisahan benzene di bawah dan H2SO4 di atas dan warna jingga.

Larutan bewarna hitam kehijauan dan berbentuk cair,terasa panas dan berasap.



Setelah ditambah H2SO4 warna menjadi hitam keunguan dan dipinggir tabung reaksi bewarna orange dan terdapat endapan
Warna larutan bening dan  ditambah AlCl3. Larutan bening dan terdapat endapan.



Warna awal aniline cokelat tua, ditambah kloroform larutan menjadi merah setelah ditambah AlCl3 larutan berubah menjadi merah seperti the dan ada penggumpalan.

Warna larutan bening

2.         Uji Gugus Fenol
Reaksi Zat
Pereaksi Fehling
Fenol




Resorsinol
Warna fenol coklat setelah ditambah fehling A (warna biru) berubah menjadi cokelat muda kemudian ditambah fehling B dan dipanaskan, warna menjadi biru gelap pekat, terdapat endapan.

Ditambah Fehling A, larutan menjadi hijau muda. kemudian Ditambah fehling B yang bewarna bening, warna larutan berubah menjadi biru kehijauan dan saat dipanaskan berubah menjadi biru pekat dan mengeluarkan aroma.


F.        ANALISIS DATA
1.      Uji Gugus Aromatis
a.       Reaksi dengan H2SO4 pekat berasap
1)      Reaksi pada benzena
Cara I :




2 - Copy
 



Cara II :
1 - Copy
 
















2)      Reaksi pada anilin
3 - Copy
 
















                        C6H5NH2 + H2SO4                              C6H4NH2SO3H + H2O

3)      Reaksi pada asam benzoat
4-1-3
 




1-5-1










b.      Reaksi dengan CHCl3-AlCl3
1)      Reaksi pada benzene
4-2-1
 


 










2)      Reaksi pada anilin
AlCl3
 
1 - Copy
C6H5NH2 + CHCl3                             C6H4NH2(AlCl3)CHCl2 + HCl

3)      Reaksi pada asam benzoat
4-2-3
 









2.      Uji Gugus Fenol
Reaksi dengan pereaksi Fehling

4
 












G.        PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengenal reaksi – reaksi senyawa aromatis, mengindentifikasi senyawa golongan aromatis, mengidentifikasi adanya fenol, dan mengenal reaksi-reaksi  yang membedakan fenol monovalen dan poivalen.
Senyawa aromatis merupakan senyawa lingkaran  yang strukturnya berkaitan dengan benzena yang mengandung enam elektron, didalam  satu lingkaran yang beratom enam atau senyawa turunan hidrokarbon hetosiklik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi. Sebagian besar senyawa organic bahan alam adalah senyawa aromatis.
Fenol ialah senyawa yang gugs OH-nya melekat langsung pada cincin aromatic. Fenol berbeda dari alkohol dalam sifat fisik dan kimianya.
  Pada percobaan pertama, yaitu reaksi senyawa aromatic dengan menggunakan H2SO4 Pekat berasap. Dilakukan 3 perlakuan sampel yang berbeda-beda. Sampel pertama mengunakan benzena dicampurkan dengan H2SO pekat berasap dalam tabung reaksi .Pada pencampuran tersebut terjadi perubahan warna dari awalnya bening menjadi jingga dan terbentuk 2 fase dan memisah,fase organic terdapat di atas dan fase air di bawah . Hal ini karena benzena merupakan pelarut non polar yang tidak larut dalm air maupun asam kuat pekat berasap . Benzena dapat larut dalam pelarut organic. Reaksi sulfonasi pada benzene merupakan reaksi yang dapat balik , dikatakan mudah balik karena ion benzenium antara dalam sulfonasi dapat kembali ke benzena atau asam benzasulfonat. selanjutnya pada anilin, ketika direaksikan dengan H2SO4 pekat berasap, terbentuk larutan berwarna hitam kehijauan serta terasa panas. Timbulnya perubahan warna dalam larutan disebabkan adanya pemutusan dan pengikatan gugus-gugus atau senyawa dari masing-masing zat membentuk senyawa baru di mana pada proses ini dibutuhkan energi yang besar sehingga terjadi peningkatan suhu (terasa panas). Peningkatan suhu yang tinggi juga dikarenakan adanya elektrofilen SO3+ dari senyawa asam sulfat yang merupakan asam kuat yang terdisosiasi sempurna dan memutus satu ikatan H untuk berikatan dengan anilin. Selanjutnya, pada asam benzoat, ketika direaksikan dengan H2SO4, warna larutan berubah menjadi hitam keunguan dan di pinggir tabung reaksi bewarna orange dan terdapat endapan. Pada prinsipnya, asam benzoat akan memutus ikatan H dan bereaksi dengan HSO3+. Dengan adanya proses  pemutusan dan pengikatan masing-masing gugus dalam senyawa-senyawa tersebut menyebabkan terbentuknya senyawa baru. Terbentuknya senyawa baru ditandai dengan adanya  fase koloid dalam tabung reaksi. Namun terdapat kesalahan dalam percobaan ini, seharusnya yang terbentuk pada pencampuran yaitu membentuk dua fase cair dan fase koloid yang bewarna putih. Kesalahan ini disebabkan karena pada saat penambahan H2SO4 pekat lebih dari semestinya karena tempat pengamatan kurang terang.
Pada percobaan kedua yaitu benzena, anilin, dan asam benzoat direaksikan dengan CHCl3-AlCl3. Pada benzena, ketika ditambahkan CHCl3, benzena larut dan larutannya bewarna bening. Ketika ditambahkan AlCl3 anhidrat, terdapat endapan dan larutannya tetap bening. Benzena dapat larut dalam CHCl3 karena CHCl3 merupakan pelarut organik. Proses larutnya benzena dalam CHCl3 tidak menyebabkan terbentuknya senyawa baru. Pada penambahan AlCl3 anhidrat, terjadi reaksi kimia yang menyebabkan terbentuknya senyawa baru. Pada tabung berisi anilin, yang warna awalnya cokelat tua, setelah ditambahkan kloroform larutan menjadi merah. Dalam hal ini tidak terbentuk senyawa baru karena anilin hanya mengalami pengenceran karena larut dalam CHCl3. Ketika ditambahkan AlCl3 anhidrat, larutan berubah menjadi merah seperti teh (pekat) dan ada penggumpalan. Gumpalan yang terbentuk merupakan endapan AlCl3 yang terbentuk kembali setelah reaksi, sementara larutan yang terbentuk adalah HCl dan C6H3CHCl2NH2. Kemudian pada asam benzoat,larutan tetap bening,tidak ada reaksi. Ini  menunjukkan tidak terbentuknya senyawa baru. Sehingga dapat dikatakan AlCl3 hanya bertindak sebagai katalis yang mepercepat laju reaksi. Pada penambahan asam benzoate dengan CHCl3-AlCl3, mungkin terjadi kesalahan akibat kurang cermat dalam mengamati proses terbentuknya endapan.
Pada percobaan yang terakhir,yaitu fenol dan resorsinol direaksikan dengan pereaksi Fehling. Pada fenol, ketika ditambahkan Fehling A, terbentuk larutan berwarna coklat muda yang awalnya bewarna coklat. Kemudian ditambahan Fehling B menyebabkan warna larutan menjadi biru. Saat dipanaskan, larutan menjadi biru gelap (pekat) dan terbentuk endapan. Endapan yang terbentuk merupakan endapan Cu2O. Adanya endapan ini merupakan indikasi positif adanya gugus hidroksi karena endapan Cu2O merupakan hasil reaksi antara Cu2+ dari pereaksi Fehling dengan gugus –OH dari fenol.
Kemudian pada resorsinol yang ditambahkan fehling A menghasilkan larutan berwarna hijau muda. Hal ini menunjukkan bahwa resorsinol dapat larut dengan fehling A. kemudian ditambahkan fehling B, dihasilkan warna larutan berubah menjadi biru kehijauan. Dan saat dipanaskan berubah warnanya menjadi biru pekat dan mengeluarkan aroma.. Seharusnya terdapat endapan bewarna merah bata, Hal ini terjadi karena resorsinol memiliki dua ikatan OH yang akan teroksidasi menjadi H2O dan CO2+ yang tereduksi membentuk endapan Cu2O dengan warna merah bata, Sampel resorsinol merupakan jenis fenol polivolen karena memiliki lebih dari satu gugus OH.
H.      KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Terdapat beberapa jenis reaksi pada senyawa aromatis , yaitu reaski sulfonasi ,alkilasi ,halogenasi , nitrasi dan asilasi.
2.      Untuk mengidentifikasi senyawa aromatis dapat dilakukan dengan reaski H2SO4 pekat berasap dan reaksi dengan CHCl3- AlCl3 .
3.      Untuk mengidentifikasi adanya fenol dapat dilakukan melalui reaksi dengan FeCl3 ,piridin , reaski almen , dan reaksi dengan pirolisis fehling .
4.      Reaksi pada sampel fenol yang direaksikan dengan Million deigunakan untuk identifikasi fenol monoovalen , sedangkan pereaksi  fehling dapat mengidentiifikasi fenol polivalen.



















DAFTAR PUSTAKA
Darwis, D. 2001. Teknik Isolasi dan Karakteristik Senyawa Metabolit Sekunder. Padang Universitas Andalas.
Oxtoby, David. 2001. Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
Slamet, R. Arbianti, dan Daryanto. 2005. Pengolahan Limbah Organik ( fenol ) dan Logam Berat  (Cr6- atau Pt4-) Secara Simultan dengan FotokatalisTiO, ZnO-TiO dan Cds –TiO. Jakarta : Universitas Indonesia.
Sovia. 2006. Senyawa Havopoida, Fenil Propanoida dan dan Aalkoloida. Jakarta : USU Repository.