PENEBAR ILMU
Jadilah kalian sumber ilmu, pelita pada malam hari, berada di rumah dan berpakaian sederhana, hingga kalian dikenali penduduk langit tetapi tidak dikenal penduduk bumi ( Ibnu Mas'ud RA )
Friday, March 24, 2017
Tuesday, November 10, 2015
KEARIFAN LOKAL SUKU SASAK DALAM MENJAGA KELESTARIAN HUTAN DAN MATA AIR DI HUTAN ADAT MANDALA, LOMBOK UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber
daya alam merupakan suatu kekayaan yang tiada nilainya bagi kehidupan manusia.
Kebutuhan manusia pada masa kini tidak hanya terbatas pada kebutuhan sandang,
pangan, dan papan. Kebutuhan akan kesehatan juga menjadi hal penting dalam
hidup manusia. Semua kebutuhan manusia tersebut disediakan oleh alam. Dengan
kata lain, manusia tergantung pada alam. Sementara alam itu sendiri terbentuk
dari susunan hubungan saling ketergantungan antara elemen satu dengan lainnya
yang sangat kompleks. Hubungan yang terjalin antar elemen adalah saling
mempengaruhi sehingga arus energi mengarah pada struktur makanan,
keanekaragaman biotik, dan daur material. Kehilangan atau ketidakseimbangan
salah satu elemen pada mata rantai arus energi tersebut sudah tentu akan
menyebabkan gangguan pada yang lain pada sistem tersebut.
Setiap
penghuni bumi sama-sama memiliki kepentingan untuk bertahan hidup.
Masing-masing negara dan bahkan kelompok komunitas masyarakat memiliki
cara-cara tersendiri untuk melindungi sumber daya yang mereka miliki. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa konsep keanekaragaman hayati merupakan hal yang
bersifat universal.
Sementara
dari perspektif budaya, konsep biodiversity tidak dapat lepas dari
faktor manusia yang memiliki tanggung jawab terhadap keberlangsungan
keanekaragaman yang ada di muka bumi. UNESCO dan UNEP pada KTT Dunia mengenai
Pembangunan Berkelanjutan yang diadakan di Johannesburg tahun 2002 menyatakan
bahwa pembangunan yang lestari memerlukan keanekaragaman budaya dan
keanekaragaman hayati sebagai komponen yang sama penting dan utama. Maksud dari
pernyataan tersebut adalah untuk melindungi keanekaragaman hayati dan sekaligus
menghargai dan mengakui hak dan peran masyarakat lokal sebagai agen utama yang
menjaga dan membentuk keanekaragaman hayati.
UNESCO
menyatakan bahwa kita tidak akan bisa memahami dan mengkonservasi lingkungan
alam kita jika tidak memahami kebudayaan dari manusia yang ikut membentuk alam
tersebut. UNEP bahkan menyebutkan bahwa keanekaragaman budaya merupakan
pencerminan dari keanekaragaman hayati. Kedua pernyataan tersebut merupakan
pengakuan bahwa masing-masing budaya memiliki pengetahuan, praktik-praktik,
maupun representasi budaya lain dalam memanfaatkan dan menjaga kelestarian
lingkungan dan sumber daya alam. Hal-hal tersebut terefleksikan dalam
keseharian hidup dan tradisi lokal setempat yang sering disebut dengan kearifan
lokal.
Dalam
pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan
(wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan
Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan
kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami
sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
I
Ketut Gobyah thiam “Berpijak pada Kearifan Lokal” mengatakan bahwa kearifan
lokal (local genius) adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam
suatu daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman
Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan
budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kerifan
lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus
dijadikan pegangan hidup. Meskipun nilai lokal tetapi nilai yang terkandung di
dalamnya dianggap sangat universal.
Kearifan
tradisi yang terkandung pada masing-masing budaya memang bersifat lokal, namun
makna inti dari produk budaya tersebut memiliki benang merah yang sama, yaitu
konservasi keanekaragaman hayati sebagai suatu nilai yang bersifat univesal.
Bahasa dan pendekatan yang dipergunakan sangat mungkin berbeda, walaupun
demikian, tradisi maupun pengetahuan yang lokal yang disampaikan mempunyai
tujuan yang sama untuk melindungi lingkungan alam (Jopela, 2011; Garrett, 2007;
Byers, Cunliffe & Hudak, 2001).
Nilai-nilai
lingkungan yang tercermin dari praktek-praktek kearifan lokal meliputi
perlindungan, pemanfaatan secara lestari, dan pemeliharaan. Nilai tersebut
berhubungan secara langsung, saling terkait, dengan sistem kemasyarakatan dan
sosial suatu komunitas. Semua kegiatan diterapkan untuk dilaksanakan semua
anggota komunitas dan ditujukan untuk kepentingan dan kebaikan bersama.
Berbagai
contoh dari praktik-praktik masyarakat lokal yang menerapkan aktivitas
konservasi biodiversity dapat dijumpai di seluruh belahan dunia. Seperti
di negara Zimbabwe – Afrika Selatan, masyarakat yang tinggal di dekat hutan di
sepanjang aliran sungai Musengezi percaya bahwa hutan yang ada di dekat
pemukiman mereka adalah hutan keramat. Penduduk dilarang mengambil hasil hutan
tanpa meminta ijin melalui seorang “pawang yang merupakan medium dari roh-roh
yang tinggal di dalam hutan. Masyarakat setempat yakin bahwa roh leluhur mereka
tinggal dalam hutan. Roh-roh penduduk yang meninggal juga akan bergabung dengan
leluhur mereka di hutan dalam wujud satwa liar, misal: para kepala suku akan
mengambil wujud hewan singa.
Kearifan
lokal dalam menjaga keanekaragaman hayati ini tidak saja dilakukan oleh
masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari sumber daya alam yang ada di
darat. Masyarakat pesisir pun memiliki kebajikan setempat dalam menkonservasi
ekosistemnya. Sebagai contoh di negara Tanzania, penduduk pesisir memiliki
kepercayaan bahwa gugusan terumbu karang dijaga oleh roh-roh jahat sehingga
mereka tidak berani sembarangan menangkap ikan di area tersebut. Kepercayaan
ini tentu sangat membantu mengkonservasi habitat terbaik untuk pemijahan
biota-biota laut.
Suku
sasak juga memiliki beberapa kearifan lokal, khususnya yang terdapat di kawasan hutan adat Mandala, Lombok utara. Berfungsi untuk konservasi hutan dan pelestarian sumber
daya alam dan menjaga sumber mata air untuk kebutuhan manusia. Maka dalam kesempatan
ini kami akan membahas tentang kearifan lokal yang ada di kawasan hutan mandala, Lombok utara.
PEMBAHASAN
Masyarakat
adat suku sasak di Lombok memandang hutan pada dasarnya terbagi dalam dua
kawasan yakni pawang dan gawah. Pawang merupakan
kawasan hutan yang dikeramatkan dimana terdapat sekumpulan pepohonan besar yang
biasanya terdapat sumber mata air sehingga tidak dapat diganggu sama sekali.
Sedangkan kawasan gawah merupakan daerah dimana
terdapat pepohonan dan aneka satwa sebagai tempat berburu dapat dikelola dan
dipetik hasilnya secara lestari atas ijin dari Pemangku.
Dalam
kesederhanaan cara pandang tersebut terkandung kearifan terhadap kelestarian
lingkungan yang mendalam. Penggolongan suatu kawasan hutan sebagai pawang
merupakan mekanisme untuk melindungi dan melestarikan fungsi hutan
sebagai water catchment area (daerah tangkapan air) yang
termasuk sebagai kawasan yang dilindungi. Sedangkan Gawah merupakan kawasan
hutan yang menjadi salah satu sumber penghidupan yang dimanfaatkan dan diambil
hasilnya secukupnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan jauh dari niatan
eksploitasi untuk dijual ke pasar dan komoditisasi.
Data Aliansi
Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kabupaten Lombok Utara (KLU), terdapat 36
lokasi hutan adat di KLU. Luas hutan adat itu 380,23 hektar. Dari seluruh hutan
adat ini, hampir semuanya memiliki mata air. Mata air yang tetap terjaga
kelestariannya.
Pawang
mandala merupakan salah satu hutan tutupan adat yang artinya dilindungi
secara adat dengan adanya Awiq-awiq. Hutan adat mandala ini terletak di kaki
gunung rinjani tepatnya di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara,
Nusa Tenggara Barat. Kata Mandala menurut beberapa tokoh adat setempat, berasal
dari dua suku kata Ma dan Bendala, Ma berarti Pemberian dan Bendala berarti
tempat menyimpan sesuatu (sejenis peti) jika digabung menjadi Mendala yang
berarti Pemberian dari Tuhan berupa suatu tempat menyimpan
debit air yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat disekitarnya.
Hutan adat
Mandala diyakini masyarakat Bayan sebagai tempat sakral, karena di salah satu
bagian terdapat Mesjid Bakeq atau mesjidnya para jin. Selain itu sumber mata
air yang ada di Mandala diyakini mempunyai hubungan langsung dengan air yang
berada di Danau Segara Anak, Gunung Rinjani. Gunung Rinjani merupakan jatung
kehidupan masyarakat di Pulau Lombok, karena seperti diketahui, 90 % mata Air
yang berada di Pulau Lombok itu terdapat di hutan kawasan Gunung Rinjani. Jadi
air dari Gunung Rinjani ini menjadi sumber kehidupan di Pulau Lombok. Dengan
luas yang tidak terlalu besar yaitu 1359 m2, tetapi hutan adat
mandala memiliki banyak sumber mata air. Sumber mata air yang ada di
hutan adat ini, oleh masyarakat adat Bayan masih disakralkan, karena termasuk
salah satu sumber mata air dari sembilan mata air yang diyakini sebagai sumber
kehidupan bagi masyarakat suku sasak.
Keberadaan
Hutan Mandala kaya dengan nilai-nilai luhur budaya. Salah satunya
adalah konsep “Pemalik” yaitu ketika seseorang hendak masuk ke hutan secara
sembarangan. Larangan memasuki hutan Mendala secara sembarangan, yang bila
dilanggar akan mendapat musibah atau gangguan di kemudian hari. Dan apabila
hutan Mandala dirusak serta kayunya ditebang, maka perusak tersebut diwajibkan
membayar denda adat yang harus dipenuhi. Itu sebabnya mengapa Hutan Mandala
tetap bertahan dari masa ke masa dan memberikan air dan berbagai manfaat
lainnya menjadikannya pemberian Tuhan yang berharga dan memiliki arti bagi
kehidupan masyarakat Bayan.
Masyarakat
suku sasak di bayan punya cara unik dalam menjaga ketersediaan dan kelestarian
mata air dan hutan. Jika banyak daerah lain mengerahkan tenaga
pengaman dalam jumlah besar dari berbagai satuan, mulai dari pohut, polisi,
bahkan tentara, lain halnya dengan daerah ini. Di kawasan hutan adat Mandala,
terdapat lembaga adat untuk menjaga kelestarian hutan dan sumber air. Lembaga
adat yang terdiri dari Pemangku Adat yang bertugas sebagai pemimpin gundem
(musyawarah) adat, lalu ada Penghulu Adat, dan Pembekel Adat yang bertugas
memberikan pendapat, masukan, usulan pada Pemangku Adat terkait adanya
persoalan di dalam hutan adat itu. Sebagai salah satu produk “Undang-Undang”
dalam pengelolaan hutan adat ini, masyarakat adat Bayan telah membuat
Awiq-Awiq Hutan Adat Mandala. Soal keamanan hutan adat, ada Lang-Lang Jagad
yang bertugas seperti polisi kehutanan. Ada juga Inan Air, orang yang memimpin
saat selamatan mata air. Aturan-aturan dalam pengelolaan hutan adat itu memang
normatif, namun sanksi bagi pelanggaran itu justru yang menjadi paling berat.
Awiq-awiq adat yang kuat dalam menjaga dan melestarikan sumber mata air yang
ada, dan awiq-awiq (aturan adat) tersebut wajib ditaati oleh semua masyarakat
adat atau masyaarakat lainnya.
Ada lima isi
awiq-awiq yang dibuat antara lain :
1.
Dilarang mengambil / memetik, mencabut, menebang,
menangkap satwa dan membakar pohon/ kayu-kayu yang mati yang terdapat dalam
kawasan hutan adat.
2.
Dilarang menggembala ternak di sekitar pinggir dan di dalam
kawasan hutan adat yang dapat menyebabkan rusaknya flora dan fauna hutan.
3.
Dilarang mencemari / mengotori sumber-sumber mata air
didalam kawasan hutan adat.
4.
Dilarang melakukan meracuni Daerah Aliran Sungai (DAS)
menggunakan fottas, decis, setruman dan lain-lainnya, di sekitar dan di luar
kawasan hutan adat, yang dapat menyebabkan musnah / terbunuhnya biotik-biotik
yang hidup di sungai.
5.
Bagi setiap pemakai / pengguna air baik perorangan
maupun kelompok diwajibkan membayar iuran / sawinih kepada pengelola hutan adat
dan sumber mata air.
Untuk
menegakkan dan menjalankan awiq-awiq yang dibuat dengan konsep adat (hukum
adat) dan kearifan lokal ini, bagi yang melanggar semua atau salah satu dari
awiq-awiq itu, maka dikenankan sanksi yang wajib dipatuhi oleh siapapun yang
melanggar. Jika aturan tersebut dilanggar maka hukum adat akan bertindak dengan
cara pemangku dan masyarakat adat berkumpul berdasarkan laporan dari saksi.
Kemudian, pelaku dipanggil untuk dimintai keterangan. Jika seseorang terbukti
bersalah, masyarakat adat akan mengenakan sanksi yang pantas. Jika ada
seseorang yang meracuni hutan dengan berbagai bahan kimia hukumannya
adalah menyowok dan denda uang bolong sebanyak 1000 buah. Istilah menyowok
yaitu upacara ritual dengan memotong hewan ternak baik kerbau maupun kambing
sesuai dengan ringan beratnya pelanggaran dan dilengkapi dengan sajian
eteh-eteh yaitu beras, kelapa, bumbu-bumbuan dan dimasak dengan daging hewan
yang dipotong dengan sesaji berupa, sirih pinang, dan kapur sirih, pelanggarnya
diolesi darah hewan yang dipotong dicampur kelapa parut dan dioleskan didahi.
Hukuman
untuk orang yang menanam hutan dengan cengkeh dan kelapa hukumannya adalah
menyowok dan penebang tanaman yang telah ditanamnya. Jika seseorang berternak
di dalam hutan maka ternak dikeluarkan dari dalam hutan. Bagi yang
mengotori pawang hukumannya membersihkan hutan dari benda-benda yang mencemari
lingkungan. Untuk yang melakukan penggalian barang tambang maka dikenakan
hukuman berupa menyowok menampel dan denda uang bolong sebanyak 10000 buah dan
menghentikan penggalian. Jika sanksi tidak dipatuhi bagi si pelanggar adalah,
dikucilkan atau diasingkan dan tidak diakui sebagai masyarakat adat.
Keharmonisan
antara masyarakat adat dengan hutan membuat hutan dan mata air tetap lestari.
Berkat terjaganya hutan adat mandala, melalui mata air yang ada di hutan
masyarakat dapat mengairi 112 Ha sawahnya dan menjadi sumber air bersih di
bayan dan 3 desa lainnya. Indahnya hutan yang berada di kaki gunung rinjani ini
menjadikan hutan adat mandala dijadikan tujuan wisatawan local maupun
internasional. Bukan hanya pesona hutan serta kesegaran mata airnya menjadikan
tempat ini wajib dikunjungi wisatawan, hutan ini juga dijadikan hutan wisata
edukasi dengan menyuguhkan tradisi-tradisi masyarakat bayan yang tetap
terelihara hingga sekarang. Wujud syukur masyarakat terhadap kelestarian
hutan dan melimpahnya ketersediaan air yang ada di hutan mandala, pada setiap tahunnya
diadakan selamatan Mata Air atau Roah Pengembulan dihadiri oleh seluruh
petani pemakai air dan secara sukarela mereka membawa masing-masing seekor ayam
dan bahkan kerbaupun kadang di bawa untuk disemblih di mata air dan sebagai
hidangan untuk dinikmati bersama-sama sampai acara selamatan itu ditutup oleh
kiayi dengan doa-doa sebagai rasa syukur kehadirat Allah SWT.
Konsep pelestarian hutan dan mata
air di hutan adat mandala berlandaskan kearifan lokal masyarakan suku sasak
bayan menjadikan hutan dan mata air tetap terjaga hingga saat ini. Kelestarian
yang tetap terjaga selama tradisi – tradisi di masyarakat tetap terpelihara.
Kearifan lokal masyarakat adat di bayan dalam menjaga hutan dan mata air,
menjadikan Mata air Mandala, Pemenang I Lomba Perlindungan Mata Air (Permata)
tingkat Nasional pada tahun 2012. Pengelolaan
Hutan Adat Mandala merupakan wujud hubungan suku sasak bayan dengan
lingkungannya, yang menghargai dan menjaga keberadaannya sehingga memberi
manfaat yang besar bagi Masyarakat Bayan.
Sumber :
Utama, I.M.S. & N. Kohdrata. 2011. Modul Pembelajaran Konservasi Keanekaragaman
Hayati dengan Kearifan Lokal. TPC Project, Udayana University – Texas A & M University.
http://fariz-rifai.blogspot.com/2014/12/kearifan-lokal-suku-sasak-dalam-menjaga.html
TENTANG WANITA
HAL- HAL YANG TIDAK DISUKAI WANITA DARI LAKI- LAKI YANG DICINTAINYA
Wanita adalah sosok yang sangat mengagumkan. Sosok yang bisa menentramkan
hati laki- laki. Wanita merupakan salah satu perhiasan dunia yang paling indah.
Terlebih jika sifat – sifatnya dihiasi dengan akhlak mulia, maka akan menambah
keindahan dirinya. Sifat- sifat itu
seperti penyabar, lemah lembut ,
penyayang dan berbagai sifat terpuji lainnya.
Karena saya merasa tertarik dengan seorang wanita, akhirnya
saya mencoba untuk mengetahui seluk beluk wanita. Berupaya untuk mengilmui
sebelum mendekatinya. Akhirnya saya memutuskan untuk melakukan pengamatan
pribadi. Sebenarnya saya sudah membaca beberapa artikel tentang hal apa saja
yang tidak disukai wanita dari sikap laki- laki yang dicintainya, namun saya
belum puas jika belum membuktikannya secara langsung. Tujuannya sih sederhana
yakni hanya sekedar ingin tahu sikap wanita terhadap laki- laki yang
dicintainya.
Sehingga saya merumuskan sebuah masalah apa saja sih sikap-
sikap yang tidak disukai wanita dari laki- laki yang dicintainya. Kemudian saya
terjun langsung, melakukan pengamatan dengan berbagai macam metode mulai dari
bertanya secara langsung ke pihak wanita dan mengamati orang- orang bahkan
sampai turun tangan langsung.
Hasilnya saya mendapatkan beberapa sikap laki- laki yang
tidak disukai oleh wanita. Sebenarnya sih masih banyak, akan tetapi karena
keterbatasan waktu pengamatan maka Cuma beberapa yang saya sebutkan disini.
1.
wanita tidak menyukai laki- laki yang bawel,
cerewet dan banyak bertanya.
2.
Wanita tidak suka jika masa lalunya terus diungkit
dan dipermasalahkan.
3.
Wanita tidak suka dicuekin dan didiemin, mereka
ingin selalu diperhatikan
4.
Wanita tidak suka dibanding- bandingkan dengan
wanita lain
5.
Wanita tidak suka kepada laki- laki yang selalu membahas
wanita lain didepannya
6.
Wanita paling benci jika laki- laki tidak sampai
angkat telpon, bahkan ketika panggilannya sampai ditolak atau saat hpnya tidak
aktif, rasanya mereka pengen banting hp
7.
Wanita paling kesel jika sms nya yang panjang
lebar dibalas oleh pihak lelaki dengan kata- kata singkat misalkan Oow, apalagi
Cuma huruf o, huruf kecil lagi. Nah kalo sudah begini pasti di balas dengan
huruf Y besar. Itu tandanya dia sedang kesel.
8.
Wanita terkadang tidak suka laki- laki yang
sebentar- bentar mengumbar perasaanya, mengatakan I LOVE U berkali- kali.
9.
Wanita tidak suka ketika marah didiemin tanpa di
bujuk kembali, biasanya wanita akan reda marahnya jika laki- laki mengeluarkan
kata maaf
10.
Namun setelah saya tau , bahwa wanita paling benci
laki- laki yang hanya mendekatinya untuk dijadikan objek penelitian. Pada saat
itu saya memutuskan untuk mengakhiri pengamatan karena saya tidak mau menerima
resiko yang lebih besar lagi. Sehingga didapatkanlah beberapa hasil dari
pegamatan selama ini yang mana ini semua merupakan sikap laki- laki yang tidak
disukai wanita. Perlu diketahui bahwa respon setiap wanita itu berbeda- beda,
jadi ini tidak mewakili seluruhnya.
Sekian semoga bermanfaat.
Monday, August 17, 2015
Inventarisasi Jenis Lebah Penghasil Madu Genus (Apis & Trigona) di Kawasan Taman Wisata Alam Kerandangan Kabupaten Lombok Barat
Inventarisasi
Jenis Lebah Penghasil Madu Genus (Apis &
Trigona) di
Kawasan Taman Wisata Alam Kerandangan Kabupaten Lombok Barat
Kusumawardani
1Program
Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Mataram.
RINGKASAN
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang
memiliki kekayaan fauna salah satunya lebah madu. Lebah madu merupakan serangga yang
sangat bermanfaat bagi manusia karena menghasilkan madu dan berbagai produk
lain seperti propolis, royal jelly , beepollen (tepung sari), malam atau lilin (bee wax) dan racun lebah (venom). Produk- produk hasil lebah madu sangat membantu manusia
untuk berbagai kebutuhan seperti sumber makanan, obat- obatan, bahan kosmetik
dan lain sebagainya. Pulau Lombok berpotensi sebagai
kawasan budidaya lebah madu. Hal ini terlihat dari luasnya kawasan hutan yang
dapat dijadikan habitat bagi lebah madu, disamping itu diketahui juga bahwa
kawasan hutan di Pulau Lombok menyediakan beragam tumbuhan dan tanaman berbunga
sebagai sumber pakan lebah madu Seperti kawasan hutan yang berada di TWA Kerandangan. Potensi
keanekaragaman lebah madu seharusnya dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat
di sekitar hutan Kerandangan. Akan tetapi belum diketahui jenis lebah madu yang
ada di kawasan TWA Kerandangan menjadi masalah bagi budidaya lebah madu. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui jenis lebah penghasil madu yang terdapat di kawasan TWA
Kerandangan. Penelitian
ini bersifat deskriptif eksploratif. Pengambilan
sampel dilakukan pada
bulan April – Juli 2016 dengan metode
jelajah. Pengambilan sampel dilakukan di Taman
Wisata Alam Kerandangan, Lombok Barat. Identifikasi, pengolahan data dan
analisis dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Mataram. Pengambilan sampel
lebah madu dilakukan pada pagi dan sore hari. Adapun
sampel yang diambil yakni hanya lebah pekerja.
Kata kunci
: Inventarisasi, lebah madu, deskriptif eksploratif, identifikasi, TWA, Kerandangan.
Thursday, June 11, 2015
PENGAMATAN PRIMATA DI TNGR KEMBANG KUNING, LOMBOK TIMUR
PENGAMATAN PRIMATA
Tepatnya
hari jumat tanggal 15 Mei 2015, sore itu sekitar jam 16.00 WITA aku dan teman-
temanku mengemasi barang- barang yang dibutuhkan seperti tenda, alas
duduk(tikar), tali dan pelbagai makanan seperti nasi, dua kotak air mineral kemasan
gelas dan satu buah galon. Tak lupa juga alat- alat untuk mengamati hewan primata
seperti teropong dan kamera digital. Aku tak lupa juga membawa perlengkapan
sendiri yang telah siap dalam ranselku. Hal ini dalam rangka kegiatan camping
sekaligus praktikum lapangan yakni melakukan pengamatan primata yang ada di TNGR
Kembang Kuning.
Setelah
sekian lama menunggu, akhirnya bis yang kami tunggu akhirnya datang. Bis yang
lumayan besar dengan warna putih dengan sedikit hiasan warna biru bertuliskan
Universitas Mataram telah siap membawa kami ke tempat tujuan. Kami memasukkan
barang- barang ke dalam bagasi belakang
bis. Aku duduk di paling belakang. Suasana nyaman dengan AC yang sepoi- sepoi
ditemani dengan suara musik pop kemudian dangdut menambah serunya suasana.
Sekitar pukul 16.50 WITA kami berangkat
menuju Taman Nasional Gunung Rinjani Kembang Kuning ( Jeruk Manis) Lombok
Timur.
Meskipun
lupa jalan dan bahkan sampai kelolosan, akhirnya sekitar jam 18 .45 WITA kami
sampai di TNGR Kembang Kuning dan langsung turun dari bis dan tak lupa
menurunkan barang- barang bawaan. Saat itu cahaya mulai menghilang diganti oleh
kegelapan malam.
Hawa
dingin terasa menusuk kulitku, suhunya sekitar 16 - 17 0 C, suasana gelap gulita dengan taburan bintang- bintang
di langit , suara- suara aneh yang begitu asing terdengar oleh telinga seolah-
olah menyambut kedatangan kami. Kami langsung berkemas dan mulai mencari tempat
mendirikan tenda. Tenda pun selesai didirikan , berjumlah empat buah tenda yang
sudah siap untuk ditempati. Selanjutnya kami pun merapikan barang- barang bawaan dan solat.
Kayu bakar pun dicari dan dikumpulkan untuk membuat api unggun. Selanjutnya
kita makan malam bersama dengan lauk seadanya, ada ikan bakar dan sambel tempe.
Namun semuanya terasa nikmat karena kebersamaan.
Santap
malam pun usai, kegiatan pun berlanjut dengan acara diskusi bersama atau bisa
dibilang kuliah malam yang langsung dibawakan oleh bapak Dr. Islamul Hadi M.Sc.
Diskusi berlangsung dengan seru, berbagai pertanyaan dilontarkan oleh kawan-
kawan termasuk aku juga bertanya, mulai
dari masalah yang berkaitan tentang primata sampai pertanyaan yang bersifat
umum. Bapak pun menjawabnya dengan fasih dan mudah dipahami. Acara diskusi pun
selesai. Kita pun bubar dan melakukan aktivitas masing- masing, ada yang
langsung tidur, ada yang berkumpul saling bercerita, ada yang pergi melakukan
pengamatan dan sebagainya. Sedangkan aku merebahkan tubuhku didekat api unggun
sampai akhirnya aku tak sadar sudah berada di alam mimpi.
Suara
ayam pun terdengar berkokok digubuk dekat TNGR menandakan pagi telah tiba,
suasana gelap masih menyelimuti, suhu terasa semakin dingin tak pelak membuat
tubuh ini mencari kehangatan, selimut pun semakin dipererat sebagai salah satu
cara beradaptasi terhadap lingkungan. Namun suara azan yang berkumandang
memaksa aku untuk bangun dan menyuruhku solat.
***
Sarapan
pagi telah siap dengan lauk pauk yang lebih sedehana , kami pun bersama- sama
makan dan semua terasa nikmat. Usai sarapan kegiatan pun berlanjut dengan
kegiatan utama yakni melakukan pengamatan primata. Sekitar pukul 07. 45 WITA
kami pun berangkat untuk melihat tingkah laku dari primata. Berjalan mengikuti
trek yang telah ditentukan terkadang juga keluar dari jalan utama untuk mencari
sosok lutung dan monyet ekor panjang yang memang keduanya adalah penghuni tetap
dari hutan tersebut. Setelah sekian lama kami mencari akhirnya pada sekitar jam
09.03 WITA sosok lutung pun terlihat. Sekitar 11 ekor lutung berhasil terlihat
dengan berbagai aktivitas yang dilakukannya seperti berpindah tempat, melompat
dari pohon satu ke pohon lainnya, mencari makan dan lain sebagainya. Terlihat
lutung itu memakan pucuk daun dedep ( borok) Deskripsinya sebagai berikut.
Lutung
( Trachypithecus auratus) mempunyai panjang tubuh dari ujung kepala
hingga tungging , jantan betina dewasa rata- rata 517 mm dan panjang ekornya
rata-rata 742 mm. Warna rambut hitam, diselingi warna keperak- perakan. Bagian
ventral bewarna kelabu pucat dan kepala mempunyai jambul. Anak lutung yang baru
lahir bewarna kuning jingga dan tidak berjambul. Setelah meningkat dewasa
warnanya berubah menjadi hitam kelabu. Namun kami tidak melihat anaknya. Adapun makanan Lutung yakni
lutung kebanyakan makan daun dan sedikit makan buah dan bunga.
Perilaku
lutung, dalam hidupnya lutung membentuk kelompok dengan beberapa individu mulai
dari 6- 23 ekor. Dalam setiap kelompok terdapat jantan sebagai pemimpin
kelompok dan beberapa betina serta anak- anak yang masih dalam asuhan induknya.
Aktivitas hariannya yakni lutung aktif pada siang hari (diurnal ). Jantan
dominan mendominasi anggota kelompok dalam hal perlindungan, pengamanan dalam
pergerakan, dan merawat. Jantan selalu menjaga anggota kelompoknya dari
berbagai gangguan yang berasal dari luar atau dari kelompok lain. Lutung hitam
, dalam melakukan pergerakan, lebih sering meloncat saat pindah pohon. Kadang
–kadang mereka juga berjalan dengan keempat anggota tubuhnya saat bergerak
dicabang pohon yang besar atau saat turun ditanah. Daerah jelajah mereka
berkisar antara 15- 23 Ha, pergerakan harian dapat mencapai 500- 1300 Ha.
Lutung ini sering memilih tidur di pohon sekitar sungai. Tidur pada dahan atau
percabangan pohon. Suara lutung jantan hampir sama dengan suara lutung lain
yakni suaranya bergetar dan patah – patah (chak...chak...chak...). Suara ini
merupakan alarm bagi anggota kelompok.
Setelah
puas mengamati lutung kami pun melanjutkan perjalanan untuk mencari sosok
macaca atau monyet ekor panjang. Perjalan yang lumayan jauh dengan trak yang
tidak begitu sulit karena memang jalannya sudah dibeton dan diperbagus. Hal ini
supaya memudahkan pengunjung yang ingin menikmati wisata alam ditempat
tersebut. Di ujung jalan perjalanan terdapat air terjun yang cukup tinggi yang
sangat indah bila dipandang, airnya super dingin hingga menusuk kulit. Aku
sempat merasakan dinginnya air itu. Percikan air dari atas tebing menyegarkan
mukaku. Setelah puas menikmati indahnya air terjun. Kami kemudian kembali untuk
melanjutkan pengamatan. Aku dan temanku Tantri berjalan paling depan di tengah
perjalanan aku melihat segerombolan anak- anak
berteriak dan lari ketakutan dikejar oleh pejantan dari macaca. Namun
macaca itu tak lama menghilang padahal belum siap di foto. Setelah sekian lama
berjalan akhirnya sekelompok macaca
terlihat diatas pohon berjumlah sekitar 7 ekor macaca yang sedang mencari makan
berupa buah dan ada yang sedang kawin, berlari dan sebagainya. Adapun deskripsi
macaca sebagai berikut:
Monyet
ekor panjang dengan bahasa latin Macaca
fascicularis merupakan jenis monyet yang mempunyai panjang ekor lebih
kurang sama dengan panjang tubuh, yang diukur dari kepala hingga ujung
tubuhnya. Panjang tubuh berkisar 385- 648 mm. Panjang ekor pada jantan dan
betina antara 400- 655 mm. Warna tubuhnya bervariasi, mulai dari abu- abu
sampai kecoklatan dengan bagian ventral bewarna putih. Anak yang lahir berambut
kehitaman. Masa kehamilan berkisar antara 153- 179 hari dan umumnya melahirkan
hanya satu ekor anak. Adapun habitatnya hidup pada hutan primer dan sekunder
mulai dataran rendah sampai dataran tinggi sekitar 1000 meter diatas permukaan
laut. Monyet ini memakan segala jenis makanan (omnivora), namun komposisinya
mengandung lebih banyak buah- buahan (60 %), selebihnya berupa bunga, daun
muda, biji, umbi. Monyet ekor panjang hidup dalam kelompok, yang terdiri dari
banyak jantan dan betina dewasa. Jumlah individu setiap kelompok berbeda- beda.
Besar kecilnya kelompok ditentukan oleh ada tidaknya pemangsa atau kelimpahan
sumber pakan alam. Jantan muda kadang- kadang hidup soliter atau membentuk
kelompok kecil dengan jantan muda lain.
Adapun
aktivitas hariannya, jenis pergerakan dari genus Macaca pada umumnya
diklasifikasikan sebagai ‘quadropedal’, dengan kategori berjalan dengan empat
anggota badannya. Selain itu, Macaca pada umumnya juga dapat memanjat dan
loncat (leaping), yang bisa mencapai sejauh 5 m. Jenis monyet ini juga dapat
berenang dengan baik. Jelajah hariannya dapat mencapai lebih 1500 meter dan
daerahnya bervariasi mulai dari 10-80 ha di daerah hutan primer. Monyet ekor
panjang bersifat diurnal. Pada siang hari seringkali dipakai untuk istirahat
dan bermain bagi anak- anaknya. Adapun saat mendapatkan ancaman dari luar,
biasanya monyet ini mengeluarkan suara yang keras dan melengking(onomatopoeic).
Setelah
puas melihat aktivitas dari Macaca, kami pun kembali ke tenda, beristirahat,
makan dan solat sembari menunggu bis yang datang menjemput. Tak lupa kita juga
berdiskusi dan mulai mengemasi barang- barang dan tenda. Untuk menyimpan
kenangan tak lupa juga kita berfoto bersama, selfie bersama. Sungguh pengalaman
yang begitu berharga dan begitu banyak pelajaran dan ilmu yang bisa saya
dapatkan. Tak lama menunggu akhirnya bis itu pun datang dan kami kemudian
pulang. Hati kami begitu puas dan senang. Terima kasih khususnya saya ucapkan
kepada Bapak Dr. Islamul Hadi M.Sc. yang telah bersabar membimbing kami dan
mengajarkan kami berbagai hal dan berbagi ilmunya bapak semoga dibalas dengan
berbagai kebaikan.
SEKIAN
^ ^
Tuesday, June 9, 2015
IDENTIFIKASI GOLONGAN AROMATIS DAN FENOL
ACARA IV
IDENTIFIKASI
GOLONGAN AROMATIS DAN FENOL
A. PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
1. Tujuan
Praktikum:
a. Mengenal
reaksi-reaksi senyawa aromatis.
b. Mengidentifikasi
senyawa golongan aromatis.
c. Mengidentifikasi
adanya fenol.
d. Mengenal
reaksi-reaksi yang membedakan fenol monovalen dan polivalen.
2. Waktu Praktikum:
Jumat, 29 November 2013
3. Tempat
Praktikum:
Lantai III, Laboratorium
Kimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu
Pengetahuan
Alam,
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Senyawa aromatis merupakan senyawa
lingkaran yang strukturnya berkaitan dengan benzene yang mengandung enam
electron , didalam satu lingkaran yang beratom 6 atau senyawa turunan
hidrokarbon heterosiklik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi. Sebagian besar
senyawa anorganik bahan alam adsalah senyawa-senyawa aromatis. Senyawa ini
tersebar luas sebagai zat warna alam yang menyebabkak warna pada bunga,kayu
pohon tropis bermacam-macam dan lumut termasuk zat warna alizatin
(sovia,2006:5).
Senyawa aromatis ini mengandung
cincin aromatis yang hanya terdiri dari atom karbon seperti
benzene,naktalena,cincin karbon aromatis ini biasa tersubstitusi oleh atau
lebih gugus hidroksil atau bahan alam aromatis ini sering disebut sebagai
senyawa fenol walaupun sebagaian diantaranya bersifat netral karena tidak
mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas (darwis,2001:54).
Fenol ialah senyawa yang gugus OH – nya melekat
langsung pada cincin aromatis, Fenol berbeda dari alkohol dalam sifat fisik dan
kimianya. perbedaan yang paling penting adalah keasaman fenol, meskipun bukan
asam kuat, mudah bereaksi dengan natrium hidroksida untuk membuat garam
fenoksida, pembuatan fenol menggunakan
jenis reaksi yang sangat berbeda dengan yang digunakan untuk membuat
alkohol ( Oxtoby,2001 : 124).
Fenol merupakan salah satu senyawa
organic yang berasal dari buangan industry yang berbahaya bagi lingkungan dan
manusia dalam konsentrasi tertentu senyawa ini dapat memberikan efek yang buruk
terhadap manusia antara lain berupa kerusakan hati dan ginjal,penurunan tekanan
darah,pelemahan detak jantung hingga kematian. Senyawa ini dapat dikatakan aman
bagi lingkungan jika konsentrasinya berkisar antara 0,5-1,0 mg/I sesuai dengan
KEP No.51/MENLH/10/1995 dan ambang batas fenol dalam air baku air minum adalah
0,002 mg/I seperti dinyatakan oleh BAPEDAL. (Slamet,2005:67).
C. ALAT
DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum:
a. Bunsen
b. Korek api
c. Neraca
analitik
d. Penjepit
tabung reaksi
e. Pipet
tetes
f. Pipet
volum 1 ml
g. Pipet volum 5 ml
h. Rak tabung reaksi
i.
Rubber bulb
j.
Spatula
k. Tabung
reaksi
2. Bahan-bahan Praktikum:
a. Larutan Anilin
b. Larutan Benzena
c. Larutan Fehling
A
d. Larutan Fehling
B
e. Larutan Fenol
f. Larutan Kloroform
g. Larutan
H2SO4 pekat berasap
h. Resorsinol 0,1 gram
i.
Serbuk AlCl3
anhidrat
j.
Serbuk asam benzoat
D. SKEMA
KERJA
1. Reaksi
dengan H2SO4 Pekat Berasap
2. Reaksi
dengan CHCl3-AlCl3
3. Reaksi
dengan Pereaksi Fehling
4. Reaksi dengan FeCl3-piridin
(Tidak Dilakukan)
5.
Reaksi
Almen (Tidak Dilakukan)
E.
HASIL PENGAMATAN
1.
Uji Gugus Aromatis
Reaksi Zat
|
H2SO4 Pekat
Berasap
|
CHCl3-AlCl3 anhidrat
|
Benzena
Anilin
Asam
benzoat
|
Warna
awal bening
Setelah
dicampur
terjadi pemisahan benzene di bawah dan H2SO4 di atas
dan warna jingga.
Larutan bewarna hitam kehijauan
dan berbentuk cair,terasa panas dan berasap.
Setelah ditambah H2SO4
warna menjadi hitam keunguan dan dipinggir tabung reaksi bewarna orange dan
terdapat endapan
|
Warna larutan bening dan ditambah AlCl3. Larutan bening dan terdapat
endapan.
Warna awal aniline cokelat tua,
ditambah kloroform larutan menjadi merah setelah ditambah AlCl3
larutan berubah menjadi merah seperti the dan ada penggumpalan.
Warna larutan
bening
|
2.
Uji Gugus Fenol
Reaksi Zat
|
Pereaksi
Fehling
|
Fenol
Resorsinol
|
Warna fenol coklat setelah
ditambah fehling A (warna biru) berubah menjadi cokelat muda kemudian
ditambah fehling B dan dipanaskan, warna menjadi biru gelap pekat, terdapat
endapan.
Ditambah
Fehling A, larutan menjadi hijau muda. kemudian Ditambah fehling B yang bewarna bening, warna
larutan berubah menjadi biru kehijauan dan saat dipanaskan berubah menjadi
biru pekat dan mengeluarkan aroma.
|
F.
ANALISIS DATA
1. Uji
Gugus Aromatis
a. Reaksi
dengan H2SO4 pekat berasap
1) Reaksi
pada benzena
Cara I :
Cara II :
2) Reaksi
pada anilin
C6H5NH2
+ H2SO4 C6H4NH2SO3H
+ H2O
3) Reaksi
pada asam benzoat
b. Reaksi
dengan CHCl3-AlCl3
1) Reaksi
pada benzene
2) Reaksi
pada anilin
|
C6H5NH2 + CHCl3 C6H4NH2(AlCl3)CHCl2
+ HCl
3) Reaksi
pada asam benzoat
2. Uji
Gugus Fenol
Reaksi dengan pereaksi
Fehling
G. PEMBAHASAN
Pada
praktikum kali
ini bertujuan untuk mengenal reaksi – reaksi senyawa aromatis,
mengindentifikasi senyawa golongan aromatis, mengidentifikasi adanya fenol, dan
mengenal reaksi-reaksi yang membedakan
fenol monovalen dan poivalen.
Senyawa aromatis merupakan senyawa lingkaran yang strukturnya berkaitan dengan benzena
yang mengandung enam elektron, didalam
satu lingkaran yang beratom enam atau senyawa turunan hidrokarbon hetosiklik
yang memiliki ikatan rangkap
terkonjugasi. Sebagian besar
senyawa organic bahan alam adalah senyawa aromatis.
Fenol ialah senyawa yang gugs OH-nya melekat langsung
pada cincin aromatic. Fenol berbeda dari alkohol dalam sifat fisik dan kimianya.
Pada percobaan pertama, yaitu reaksi senyawa aromatic
dengan menggunakan H2SO4
Pekat berasap. Dilakukan
3 perlakuan sampel
yang berbeda-beda.
Sampel pertama mengunakan benzena dicampurkan dengan H2SO4 pekat berasap dalam tabung reaksi .Pada
pencampuran tersebut terjadi perubahan warna dari awalnya bening menjadi jingga dan terbentuk
2 fase dan memisah,fase organic terdapat di atas dan fase air di bawah . Hal
ini karena benzena
merupakan pelarut non polar yang tidak larut dalm air maupun asam kuat pekat
berasap . Benzena dapat larut dalam pelarut organic. Reaksi sulfonasi pada
benzene merupakan reaksi yang dapat balik , dikatakan mudah balik karena ion
benzenium antara dalam sulfonasi dapat kembali ke benzena atau asam
benzasulfonat.
selanjutnya pada anilin, ketika direaksikan dengan H2SO4
pekat berasap, terbentuk larutan berwarna hitam kehijauan serta terasa
panas. Timbulnya
perubahan warna dalam larutan disebabkan adanya pemutusan dan pengikatan
gugus-gugus atau senyawa dari masing-masing zat membentuk senyawa baru di mana
pada proses ini dibutuhkan energi yang besar sehingga terjadi peningkatan suhu
(terasa panas). Peningkatan suhu yang tinggi juga dikarenakan adanya
elektrofilen SO3+ dari senyawa asam sulfat yang merupakan
asam kuat yang terdisosiasi sempurna dan memutus satu ikatan H untuk berikatan
dengan anilin.
Selanjutnya, pada asam benzoat, ketika direaksikan dengan H2SO4, warna larutan berubah menjadi hitam
keunguan dan di pinggir tabung reaksi bewarna orange dan terdapat endapan. Pada
prinsipnya, asam benzoat akan memutus ikatan H dan bereaksi dengan HSO3+.
Dengan adanya proses pemutusan
dan pengikatan masing-masing gugus
dalam senyawa-senyawa tersebut menyebabkan terbentuknya senyawa baru.
Terbentuknya senyawa baru ditandai dengan adanya fase koloid dalam tabung reaksi. Namun terdapat kesalahan dalam
percobaan ini, seharusnya yang terbentuk pada pencampuran yaitu membentuk dua
fase cair dan fase koloid yang bewarna putih. Kesalahan ini disebabkan karena
pada saat penambahan H2SO4 pekat lebih dari semestinya karena tempat
pengamatan kurang terang.
Pada
percobaan kedua
yaitu benzena, anilin, dan asam benzoat
direaksikan dengan CHCl3-AlCl3. Pada benzena, ketika
ditambahkan CHCl3, benzena larut dan larutannya bewarna bening.
Ketika ditambahkan AlCl3 anhidrat, terdapat endapan dan larutannya
tetap bening. Benzena dapat larut dalam CHCl3 karena CHCl3
merupakan pelarut organik. Proses larutnya benzena dalam CHCl3 tidak
menyebabkan terbentuknya senyawa baru. Pada penambahan AlCl3
anhidrat, terjadi reaksi kimia yang menyebabkan terbentuknya senyawa baru. Pada tabung berisi anilin,
yang warna awalnya
cokelat tua,
setelah ditambahkan kloroform
larutan menjadi merah. Dalam hal ini tidak
terbentuk senyawa baru karena anilin hanya mengalami pengenceran karena larut
dalam CHCl3. Ketika ditambahkan AlCl3 anhidrat, larutan berubah menjadi
merah seperti
teh (pekat) dan ada penggumpalan. Gumpalan yang terbentuk merupakan endapan
AlCl3 yang terbentuk kembali setelah reaksi, sementara larutan yang
terbentuk adalah HCl dan C6H3CHCl2NH2. Kemudian
pada asam benzoat,larutan
tetap bening,tidak ada reaksi. Ini menunjukkan tidak terbentuknya senyawa baru.
Sehingga dapat dikatakan AlCl3 hanya bertindak sebagai katalis yang
mepercepat laju reaksi.
Pada penambahan asam benzoate dengan CHCl3-AlCl3, mungkin
terjadi kesalahan akibat kurang cermat dalam mengamati proses terbentuknya
endapan.
Pada percobaan yang terakhir,yaitu fenol dan
resorsinol direaksikan dengan pereaksi Fehling. Pada fenol, ketika ditambahkan
Fehling A, terbentuk larutan berwarna coklat muda yang awalnya bewarna coklat. Kemudian ditambahan
Fehling B menyebabkan warna larutan menjadi biru. Saat dipanaskan, larutan menjadi biru gelap (pekat) dan
terbentuk endapan.
Endapan yang terbentuk merupakan endapan Cu2O.
Adanya endapan ini merupakan indikasi positif adanya gugus hidroksi karena
endapan Cu2O merupakan hasil reaksi antara Cu2+
dari pereaksi Fehling dengan gugus –OH dari fenol.
Kemudian pada resorsinol yang ditambahkan fehling A
menghasilkan larutan berwarna hijau muda. Hal ini menunjukkan bahwa resorsinol dapat larut dengan
fehling A. kemudian
ditambahkan fehling B, dihasilkan warna larutan berubah menjadi biru kehijauan. Dan saat dipanaskan berubah warnanya menjadi biru pekat dan mengeluarkan aroma..
Seharusnya terdapat endapan bewarna
merah bata, Hal ini terjadi karena resorsinol memiliki dua ikatan OH yang akan
teroksidasi menjadi H2O dan CO2+ yang tereduksi membentuk
endapan Cu2O dengan warna merah bata, Sampel resorsinol merupakan
jenis fenol polivolen karena memiliki lebih dari satu gugus OH.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Terdapat beberapa jenis reaksi pada
senyawa aromatis , yaitu reaski sulfonasi ,alkilasi ,halogenasi , nitrasi dan
asilasi.
2. Untuk mengidentifikasi senyawa
aromatis dapat dilakukan dengan reaski H2SO4 pekat
berasap dan reaksi dengan CHCl3- AlCl3 .
3. Untuk mengidentifikasi adanya fenol
dapat dilakukan melalui reaksi dengan FeCl3 ,piridin , reaski almen
, dan reaksi dengan pirolisis fehling .
4. Reaksi pada sampel fenol yang
direaksikan dengan Million deigunakan untuk identifikasi fenol monoovalen ,
sedangkan pereaksi fehling dapat
mengidentiifikasi fenol polivalen.
DAFTAR
PUSTAKA
Darwis, D. 2001.
Teknik Isolasi dan Karakteristik Senyawa Metabolit Sekunder. Padang
Universitas Andalas.
Oxtoby, David. 2001. Kimia
Modern. Jakarta : Erlangga.
Slamet, R. Arbianti, dan Daryanto. 2005. Pengolahan Limbah Organik ( fenol ) dan
Logam Berat (Cr6- atau Pt4-)
Secara Simultan dengan FotokatalisTiO, ZnO-TiO dan Cds –TiO. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Sovia. 2006. Senyawa
Havopoida, Fenil Propanoida dan dan Aalkoloida. Jakarta : USU Repository.
Subscribe to:
Posts (Atom)