PENGAMATAN PRIMATA
Tepatnya
hari jumat tanggal 15 Mei 2015, sore itu sekitar jam 16.00 WITA aku dan teman-
temanku mengemasi barang- barang yang dibutuhkan seperti tenda, alas
duduk(tikar), tali dan pelbagai makanan seperti nasi, dua kotak air mineral kemasan
gelas dan satu buah galon. Tak lupa juga alat- alat untuk mengamati hewan primata
seperti teropong dan kamera digital. Aku tak lupa juga membawa perlengkapan
sendiri yang telah siap dalam ranselku. Hal ini dalam rangka kegiatan camping
sekaligus praktikum lapangan yakni melakukan pengamatan primata yang ada di TNGR
Kembang Kuning.
Setelah
sekian lama menunggu, akhirnya bis yang kami tunggu akhirnya datang. Bis yang
lumayan besar dengan warna putih dengan sedikit hiasan warna biru bertuliskan
Universitas Mataram telah siap membawa kami ke tempat tujuan. Kami memasukkan
barang- barang ke dalam bagasi belakang
bis. Aku duduk di paling belakang. Suasana nyaman dengan AC yang sepoi- sepoi
ditemani dengan suara musik pop kemudian dangdut menambah serunya suasana.
Sekitar pukul 16.50 WITA kami berangkat
menuju Taman Nasional Gunung Rinjani Kembang Kuning ( Jeruk Manis) Lombok
Timur.
Meskipun
lupa jalan dan bahkan sampai kelolosan, akhirnya sekitar jam 18 .45 WITA kami
sampai di TNGR Kembang Kuning dan langsung turun dari bis dan tak lupa
menurunkan barang- barang bawaan. Saat itu cahaya mulai menghilang diganti oleh
kegelapan malam.
Hawa
dingin terasa menusuk kulitku, suhunya sekitar 16 - 17 0 C, suasana gelap gulita dengan taburan bintang- bintang
di langit , suara- suara aneh yang begitu asing terdengar oleh telinga seolah-
olah menyambut kedatangan kami. Kami langsung berkemas dan mulai mencari tempat
mendirikan tenda. Tenda pun selesai didirikan , berjumlah empat buah tenda yang
sudah siap untuk ditempati. Selanjutnya kami pun merapikan barang- barang bawaan dan solat.
Kayu bakar pun dicari dan dikumpulkan untuk membuat api unggun. Selanjutnya
kita makan malam bersama dengan lauk seadanya, ada ikan bakar dan sambel tempe.
Namun semuanya terasa nikmat karena kebersamaan.
Santap
malam pun usai, kegiatan pun berlanjut dengan acara diskusi bersama atau bisa
dibilang kuliah malam yang langsung dibawakan oleh bapak Dr. Islamul Hadi M.Sc.
Diskusi berlangsung dengan seru, berbagai pertanyaan dilontarkan oleh kawan-
kawan termasuk aku juga bertanya, mulai
dari masalah yang berkaitan tentang primata sampai pertanyaan yang bersifat
umum. Bapak pun menjawabnya dengan fasih dan mudah dipahami. Acara diskusi pun
selesai. Kita pun bubar dan melakukan aktivitas masing- masing, ada yang
langsung tidur, ada yang berkumpul saling bercerita, ada yang pergi melakukan
pengamatan dan sebagainya. Sedangkan aku merebahkan tubuhku didekat api unggun
sampai akhirnya aku tak sadar sudah berada di alam mimpi.
Suara
ayam pun terdengar berkokok digubuk dekat TNGR menandakan pagi telah tiba,
suasana gelap masih menyelimuti, suhu terasa semakin dingin tak pelak membuat
tubuh ini mencari kehangatan, selimut pun semakin dipererat sebagai salah satu
cara beradaptasi terhadap lingkungan. Namun suara azan yang berkumandang
memaksa aku untuk bangun dan menyuruhku solat.
***
Sarapan
pagi telah siap dengan lauk pauk yang lebih sedehana , kami pun bersama- sama
makan dan semua terasa nikmat. Usai sarapan kegiatan pun berlanjut dengan
kegiatan utama yakni melakukan pengamatan primata. Sekitar pukul 07. 45 WITA
kami pun berangkat untuk melihat tingkah laku dari primata. Berjalan mengikuti
trek yang telah ditentukan terkadang juga keluar dari jalan utama untuk mencari
sosok lutung dan monyet ekor panjang yang memang keduanya adalah penghuni tetap
dari hutan tersebut. Setelah sekian lama kami mencari akhirnya pada sekitar jam
09.03 WITA sosok lutung pun terlihat. Sekitar 11 ekor lutung berhasil terlihat
dengan berbagai aktivitas yang dilakukannya seperti berpindah tempat, melompat
dari pohon satu ke pohon lainnya, mencari makan dan lain sebagainya. Terlihat
lutung itu memakan pucuk daun dedep ( borok) Deskripsinya sebagai berikut.
Lutung
( Trachypithecus auratus) mempunyai panjang tubuh dari ujung kepala
hingga tungging , jantan betina dewasa rata- rata 517 mm dan panjang ekornya
rata-rata 742 mm. Warna rambut hitam, diselingi warna keperak- perakan. Bagian
ventral bewarna kelabu pucat dan kepala mempunyai jambul. Anak lutung yang baru
lahir bewarna kuning jingga dan tidak berjambul. Setelah meningkat dewasa
warnanya berubah menjadi hitam kelabu. Namun kami tidak melihat anaknya. Adapun makanan Lutung yakni
lutung kebanyakan makan daun dan sedikit makan buah dan bunga.
Perilaku
lutung, dalam hidupnya lutung membentuk kelompok dengan beberapa individu mulai
dari 6- 23 ekor. Dalam setiap kelompok terdapat jantan sebagai pemimpin
kelompok dan beberapa betina serta anak- anak yang masih dalam asuhan induknya.
Aktivitas hariannya yakni lutung aktif pada siang hari (diurnal ). Jantan
dominan mendominasi anggota kelompok dalam hal perlindungan, pengamanan dalam
pergerakan, dan merawat. Jantan selalu menjaga anggota kelompoknya dari
berbagai gangguan yang berasal dari luar atau dari kelompok lain. Lutung hitam
, dalam melakukan pergerakan, lebih sering meloncat saat pindah pohon. Kadang
–kadang mereka juga berjalan dengan keempat anggota tubuhnya saat bergerak
dicabang pohon yang besar atau saat turun ditanah. Daerah jelajah mereka
berkisar antara 15- 23 Ha, pergerakan harian dapat mencapai 500- 1300 Ha.
Lutung ini sering memilih tidur di pohon sekitar sungai. Tidur pada dahan atau
percabangan pohon. Suara lutung jantan hampir sama dengan suara lutung lain
yakni suaranya bergetar dan patah – patah (chak...chak...chak...). Suara ini
merupakan alarm bagi anggota kelompok.
Setelah
puas mengamati lutung kami pun melanjutkan perjalanan untuk mencari sosok
macaca atau monyet ekor panjang. Perjalan yang lumayan jauh dengan trak yang
tidak begitu sulit karena memang jalannya sudah dibeton dan diperbagus. Hal ini
supaya memudahkan pengunjung yang ingin menikmati wisata alam ditempat
tersebut. Di ujung jalan perjalanan terdapat air terjun yang cukup tinggi yang
sangat indah bila dipandang, airnya super dingin hingga menusuk kulit. Aku
sempat merasakan dinginnya air itu. Percikan air dari atas tebing menyegarkan
mukaku. Setelah puas menikmati indahnya air terjun. Kami kemudian kembali untuk
melanjutkan pengamatan. Aku dan temanku Tantri berjalan paling depan di tengah
perjalanan aku melihat segerombolan anak- anak
berteriak dan lari ketakutan dikejar oleh pejantan dari macaca. Namun
macaca itu tak lama menghilang padahal belum siap di foto. Setelah sekian lama
berjalan akhirnya sekelompok macaca
terlihat diatas pohon berjumlah sekitar 7 ekor macaca yang sedang mencari makan
berupa buah dan ada yang sedang kawin, berlari dan sebagainya. Adapun deskripsi
macaca sebagai berikut:
Monyet
ekor panjang dengan bahasa latin Macaca
fascicularis merupakan jenis monyet yang mempunyai panjang ekor lebih
kurang sama dengan panjang tubuh, yang diukur dari kepala hingga ujung
tubuhnya. Panjang tubuh berkisar 385- 648 mm. Panjang ekor pada jantan dan
betina antara 400- 655 mm. Warna tubuhnya bervariasi, mulai dari abu- abu
sampai kecoklatan dengan bagian ventral bewarna putih. Anak yang lahir berambut
kehitaman. Masa kehamilan berkisar antara 153- 179 hari dan umumnya melahirkan
hanya satu ekor anak. Adapun habitatnya hidup pada hutan primer dan sekunder
mulai dataran rendah sampai dataran tinggi sekitar 1000 meter diatas permukaan
laut. Monyet ini memakan segala jenis makanan (omnivora), namun komposisinya
mengandung lebih banyak buah- buahan (60 %), selebihnya berupa bunga, daun
muda, biji, umbi. Monyet ekor panjang hidup dalam kelompok, yang terdiri dari
banyak jantan dan betina dewasa. Jumlah individu setiap kelompok berbeda- beda.
Besar kecilnya kelompok ditentukan oleh ada tidaknya pemangsa atau kelimpahan
sumber pakan alam. Jantan muda kadang- kadang hidup soliter atau membentuk
kelompok kecil dengan jantan muda lain.
Adapun
aktivitas hariannya, jenis pergerakan dari genus Macaca pada umumnya
diklasifikasikan sebagai ‘quadropedal’, dengan kategori berjalan dengan empat
anggota badannya. Selain itu, Macaca pada umumnya juga dapat memanjat dan
loncat (leaping), yang bisa mencapai sejauh 5 m. Jenis monyet ini juga dapat
berenang dengan baik. Jelajah hariannya dapat mencapai lebih 1500 meter dan
daerahnya bervariasi mulai dari 10-80 ha di daerah hutan primer. Monyet ekor
panjang bersifat diurnal. Pada siang hari seringkali dipakai untuk istirahat
dan bermain bagi anak- anaknya. Adapun saat mendapatkan ancaman dari luar,
biasanya monyet ini mengeluarkan suara yang keras dan melengking(onomatopoeic).
Setelah
puas melihat aktivitas dari Macaca, kami pun kembali ke tenda, beristirahat,
makan dan solat sembari menunggu bis yang datang menjemput. Tak lupa kita juga
berdiskusi dan mulai mengemasi barang- barang dan tenda. Untuk menyimpan
kenangan tak lupa juga kita berfoto bersama, selfie bersama. Sungguh pengalaman
yang begitu berharga dan begitu banyak pelajaran dan ilmu yang bisa saya
dapatkan. Tak lama menunggu akhirnya bis itu pun datang dan kami kemudian
pulang. Hati kami begitu puas dan senang. Terima kasih khususnya saya ucapkan
kepada Bapak Dr. Islamul Hadi M.Sc. yang telah bersabar membimbing kami dan
mengajarkan kami berbagai hal dan berbagi ilmunya bapak semoga dibalas dengan
berbagai kebaikan.
SEKIAN
^ ^