Powered By Blogger

Thursday, June 11, 2015

PENGAMATAN PRIMATA DI TNGR KEMBANG KUNING, LOMBOK TIMUR

PENGAMATAN PRIMATA

Tepatnya hari jumat tanggal 15 Mei 2015, sore itu sekitar jam 16.00 WITA aku dan teman- temanku mengemasi barang- barang yang dibutuhkan seperti tenda, alas duduk(tikar), tali dan pelbagai makanan seperti nasi, dua kotak air mineral kemasan gelas dan satu buah galon. Tak lupa juga alat- alat untuk mengamati hewan primata seperti teropong dan kamera digital. Aku tak lupa juga membawa perlengkapan sendiri yang telah siap dalam ranselku. Hal ini dalam rangka kegiatan camping sekaligus praktikum lapangan yakni melakukan pengamatan primata yang ada di TNGR Kembang Kuning.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya bis yang kami tunggu akhirnya datang. Bis yang lumayan besar dengan warna putih dengan sedikit hiasan warna biru bertuliskan Universitas Mataram telah siap membawa kami ke tempat tujuan. Kami memasukkan barang- barang  ke dalam bagasi belakang bis. Aku duduk di paling belakang. Suasana nyaman dengan AC yang sepoi- sepoi ditemani dengan suara musik pop kemudian dangdut menambah serunya suasana. Sekitar pukul 16.50 WITA  kami berangkat menuju Taman Nasional Gunung Rinjani Kembang Kuning ( Jeruk Manis) Lombok Timur.
Meskipun lupa jalan dan bahkan sampai kelolosan, akhirnya sekitar jam 18 .45 WITA kami sampai di TNGR Kembang Kuning dan langsung turun dari bis dan tak lupa menurunkan barang- barang bawaan. Saat itu cahaya mulai menghilang diganti oleh kegelapan malam.
Hawa dingin terasa menusuk kulitku, suhunya sekitar 16 - 17 0 C, suasana  gelap gulita dengan taburan bintang- bintang di langit , suara- suara aneh yang begitu asing terdengar oleh telinga seolah- olah menyambut kedatangan kami. Kami langsung berkemas dan mulai mencari tempat mendirikan tenda. Tenda pun selesai didirikan , berjumlah empat buah tenda yang sudah siap untuk ditempati. Selanjutnya kami  pun merapikan barang- barang bawaan dan solat. Kayu bakar pun dicari dan dikumpulkan untuk membuat api unggun. Selanjutnya kita makan malam bersama dengan lauk seadanya, ada ikan bakar dan sambel tempe. Namun semuanya terasa nikmat karena kebersamaan.
Santap malam pun usai, kegiatan pun berlanjut dengan acara diskusi bersama atau bisa dibilang kuliah malam yang langsung dibawakan oleh bapak Dr. Islamul Hadi M.Sc. Diskusi berlangsung dengan seru, berbagai pertanyaan dilontarkan oleh kawan- kawan termasuk aku juga bertanya,  mulai dari masalah yang berkaitan tentang primata sampai pertanyaan yang bersifat umum. Bapak pun menjawabnya dengan fasih dan mudah dipahami. Acara diskusi pun selesai. Kita pun bubar dan melakukan aktivitas masing- masing, ada yang langsung tidur, ada yang berkumpul saling bercerita, ada yang pergi melakukan pengamatan dan sebagainya. Sedangkan aku merebahkan tubuhku didekat api unggun sampai akhirnya aku tak sadar sudah berada di alam mimpi.
Suara ayam pun terdengar berkokok digubuk dekat TNGR menandakan pagi telah tiba, suasana gelap masih menyelimuti, suhu terasa semakin dingin tak pelak membuat tubuh ini mencari kehangatan, selimut pun semakin dipererat sebagai salah satu cara beradaptasi terhadap lingkungan. Namun suara azan yang berkumandang memaksa aku untuk bangun dan menyuruhku solat.
***
Sarapan pagi telah siap dengan lauk pauk yang lebih sedehana , kami pun bersama- sama makan dan semua terasa nikmat. Usai sarapan kegiatan pun berlanjut dengan kegiatan utama yakni melakukan pengamatan primata. Sekitar pukul 07. 45 WITA kami pun berangkat untuk melihat tingkah laku dari primata. Berjalan mengikuti trek yang telah ditentukan terkadang juga keluar dari jalan utama untuk mencari sosok lutung dan monyet ekor panjang yang memang keduanya adalah penghuni tetap dari hutan tersebut. Setelah sekian lama kami mencari akhirnya pada sekitar jam 09.03 WITA sosok lutung pun terlihat. Sekitar 11 ekor lutung berhasil terlihat dengan berbagai aktivitas yang dilakukannya seperti berpindah tempat, melompat dari pohon satu ke pohon lainnya, mencari makan dan lain sebagainya. Terlihat lutung itu memakan pucuk daun dedep ( borok) Deskripsinya sebagai berikut.


Lutung ( Trachypithecus auratus)  mempunyai panjang tubuh dari ujung kepala hingga tungging , jantan betina dewasa rata- rata 517 mm dan panjang ekornya rata-rata 742 mm. Warna rambut hitam, diselingi warna keperak- perakan. Bagian ventral bewarna kelabu pucat dan kepala mempunyai jambul. Anak lutung yang baru lahir bewarna kuning jingga dan tidak berjambul. Setelah meningkat dewasa warnanya berubah menjadi hitam kelabu. Namun kami tidak  melihat anaknya. Adapun makanan Lutung yakni lutung kebanyakan makan daun dan sedikit makan buah dan bunga.
Perilaku lutung, dalam hidupnya lutung membentuk kelompok dengan beberapa individu mulai dari 6- 23 ekor. Dalam setiap kelompok terdapat jantan sebagai pemimpin kelompok dan beberapa betina serta anak- anak yang masih dalam asuhan induknya. Aktivitas hariannya yakni lutung aktif pada siang hari (diurnal ). Jantan dominan mendominasi anggota kelompok dalam hal perlindungan, pengamanan dalam pergerakan, dan merawat. Jantan selalu menjaga anggota kelompoknya dari berbagai gangguan yang berasal dari luar atau dari kelompok lain. Lutung hitam , dalam melakukan pergerakan, lebih sering meloncat saat pindah pohon. Kadang –kadang mereka juga berjalan dengan keempat anggota tubuhnya saat bergerak dicabang pohon yang besar atau saat turun ditanah. Daerah jelajah mereka berkisar antara 15- 23 Ha, pergerakan harian dapat mencapai 500- 1300 Ha. Lutung ini sering memilih tidur di pohon sekitar sungai. Tidur pada dahan atau percabangan pohon. Suara lutung jantan hampir sama dengan suara lutung lain yakni suaranya bergetar dan patah – patah (chak...chak...chak...). Suara ini merupakan  alarm bagi anggota kelompok.
Setelah puas mengamati lutung kami pun melanjutkan perjalanan untuk mencari sosok macaca atau monyet ekor panjang. Perjalan yang lumayan jauh dengan trak yang tidak begitu sulit karena memang jalannya sudah dibeton dan diperbagus. Hal ini supaya memudahkan pengunjung yang ingin menikmati wisata alam ditempat tersebut. Di ujung jalan perjalanan terdapat air terjun yang cukup tinggi yang sangat indah bila dipandang, airnya super dingin hingga menusuk kulit. Aku sempat merasakan dinginnya air itu. Percikan air dari atas tebing menyegarkan mukaku. Setelah puas menikmati indahnya air terjun. Kami kemudian kembali untuk melanjutkan pengamatan. Aku dan temanku Tantri berjalan paling depan di tengah perjalanan aku melihat segerombolan anak- anak  berteriak dan lari ketakutan dikejar oleh pejantan dari macaca. Namun macaca itu tak lama menghilang padahal belum siap di foto. Setelah sekian lama berjalan  akhirnya sekelompok macaca terlihat diatas pohon berjumlah sekitar 7 ekor macaca yang sedang mencari makan berupa buah dan ada yang sedang kawin, berlari dan sebagainya. Adapun deskripsi macaca sebagai berikut:


Monyet ekor panjang dengan bahasa latin Macaca fascicularis merupakan jenis monyet yang mempunyai panjang ekor lebih kurang sama dengan panjang tubuh, yang diukur dari kepala hingga ujung tubuhnya. Panjang tubuh berkisar 385- 648 mm. Panjang ekor pada jantan dan betina antara 400- 655 mm. Warna tubuhnya bervariasi, mulai dari abu- abu sampai kecoklatan dengan bagian ventral bewarna putih. Anak yang lahir berambut kehitaman. Masa kehamilan berkisar antara 153- 179 hari dan umumnya melahirkan hanya satu ekor anak. Adapun habitatnya hidup pada hutan primer dan sekunder mulai dataran rendah sampai dataran tinggi sekitar 1000 meter diatas permukaan laut. Monyet ini memakan segala jenis makanan (omnivora), namun komposisinya mengandung lebih banyak buah- buahan (60 %), selebihnya berupa bunga, daun muda, biji, umbi. Monyet ekor panjang hidup dalam kelompok, yang terdiri dari banyak jantan dan betina dewasa. Jumlah individu setiap kelompok berbeda- beda. Besar kecilnya kelompok ditentukan oleh ada tidaknya pemangsa atau kelimpahan sumber pakan alam. Jantan muda kadang- kadang hidup soliter atau membentuk kelompok kecil dengan jantan muda lain.
Adapun aktivitas hariannya, jenis pergerakan dari genus Macaca pada umumnya diklasifikasikan sebagai ‘quadropedal’, dengan kategori berjalan dengan empat anggota badannya. Selain itu, Macaca pada umumnya juga dapat memanjat dan loncat (leaping), yang bisa mencapai sejauh 5 m. Jenis monyet ini juga dapat berenang dengan baik. Jelajah hariannya dapat mencapai lebih 1500 meter dan daerahnya bervariasi mulai dari 10-80 ha di daerah hutan primer. Monyet ekor panjang bersifat diurnal. Pada siang hari seringkali dipakai untuk istirahat dan bermain bagi anak- anaknya. Adapun saat mendapatkan ancaman dari luar, biasanya monyet ini mengeluarkan suara yang keras dan melengking(onomatopoeic).
Setelah puas melihat aktivitas dari Macaca, kami pun kembali ke tenda, beristirahat, makan dan solat sembari menunggu bis yang datang menjemput. Tak lupa kita juga berdiskusi dan mulai mengemasi barang- barang dan tenda. Untuk menyimpan kenangan tak lupa juga kita berfoto bersama, selfie bersama. Sungguh pengalaman yang begitu berharga dan begitu banyak pelajaran dan ilmu yang bisa saya dapatkan. Tak lama menunggu akhirnya bis itu pun datang dan kami kemudian pulang. Hati kami begitu puas dan senang. Terima kasih khususnya saya ucapkan kepada Bapak Dr. Islamul Hadi M.Sc. yang telah bersabar membimbing kami dan mengajarkan kami berbagai hal dan berbagi ilmunya bapak semoga dibalas dengan berbagai kebaikan.

SEKIAN ^ ^

Tuesday, June 9, 2015

IDENTIFIKASI GOLONGAN AROMATIS DAN FENOL

ACARA IV
IDENTIFIKASI GOLONGAN AROMATIS DAN FENOL

A.      PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.      Tujuan Praktikum:
a.       Mengenal reaksi-reaksi senyawa aromatis.
b.      Mengidentifikasi senyawa golongan aromatis.
c.       Mengidentifikasi adanya fenol.
d.      Mengenal reaksi-reaksi yang membedakan fenol monovalen dan polivalen.
2.      Waktu  Praktikum:
Jumat, 29 November 2013
3.      Tempat Praktikum:
Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B.         LANDASAN TEORI
Senyawa aromatis merupakan senyawa lingkaran yang strukturnya berkaitan dengan benzene yang mengandung enam electron , didalam satu lingkaran yang beratom 6 atau senyawa turunan hidrokarbon heterosiklik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi. Sebagian besar senyawa anorganik bahan alam adsalah senyawa-senyawa aromatis. Senyawa ini tersebar luas sebagai zat warna alam yang menyebabkak warna pada bunga,kayu pohon tropis bermacam-macam dan lumut termasuk zat warna alizatin (sovia,2006:5).
            Senyawa aromatis ini mengandung cincin aromatis yang hanya terdiri dari atom karbon seperti benzene,naktalena,cincin karbon aromatis ini biasa tersubstitusi oleh atau lebih gugus hidroksil atau bahan alam aromatis ini sering disebut sebagai senyawa fenol walaupun sebagaian diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas (darwis,2001:54).
Fenol ialah senyawa yang gugus OH – nya melekat langsung pada cincin aromatis, Fenol berbeda dari alkohol dalam sifat fisik dan kimianya. perbedaan yang paling penting adalah keasaman fenol, meskipun bukan asam kuat, mudah bereaksi dengan natrium hidroksida untuk membuat garam fenoksida, pembuatan fenol menggunakan  jenis reaksi yang sangat berbeda dengan yang digunakan untuk membuat alkohol ( Oxtoby,2001 : 124).
Fenol merupakan salah satu senyawa organic yang berasal dari buangan industry yang berbahaya bagi lingkungan dan manusia dalam konsentrasi tertentu senyawa ini dapat memberikan efek yang buruk terhadap manusia antara lain berupa kerusakan hati dan ginjal,penurunan tekanan darah,pelemahan detak jantung hingga kematian. Senyawa ini dapat dikatakan aman bagi lingkungan jika konsentrasinya berkisar antara 0,5-1,0 mg/I sesuai dengan KEP No.51/MENLH/10/1995 dan ambang batas fenol dalam air baku air minum adalah 0,002 mg/I seperti dinyatakan oleh BAPEDAL. (Slamet,2005:67).

C.       ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1.      Alat-alat Praktikum:
a.       Bunsen
b.      Korek api
c.       Neraca analitik
d.      Penjepit tabung reaksi
e.       Pipet tetes
f.       Pipet volum 1 ml
g.      Pipet volum 5 ml
h.      Rak tabung reaksi
i.        Rubber bulb
j.        Spatula
k.      Tabung reaksi

2.      Bahan-bahan Praktikum:
a.       Larutan Anilin
b.      Larutan Benzena
c.       Larutan Fehling A
d.      Larutan Fehling B
e.       Larutan Fenol
f.       Larutan Kloroform
g.      Larutan H2SO4 pekat berasap
h.      Resorsinol 0,1 gram
i.        Serbuk AlCl3 anhidrat
j.        Serbuk asam benzoat

D.      SKEMA KERJA
1.      Reaksi dengan H2SO4 Pekat Berasap

 













2.      Reaksi dengan CHCl3-AlCl3
 












3.      Reaksi dengan Pereaksi Fehling

 
















4.      Reaksi dengan FeCl3-piridin (Tidak Dilakukan)

 
















5.      Reaksi Almen (Tidak Dilakukan)

 








E.     HASIL PENGAMATAN
1.         Uji Gugus Aromatis
Reaksi Zat
H2SO4 Pekat Berasap
CHCl3-AlCl3 anhidrat
Benzena





Anilin






Asam benzoat
Warna awal bening
Setelah dicampur terjadi pemisahan benzene di bawah dan H2SO4 di atas dan warna jingga.

Larutan bewarna hitam kehijauan dan berbentuk cair,terasa panas dan berasap.



Setelah ditambah H2SO4 warna menjadi hitam keunguan dan dipinggir tabung reaksi bewarna orange dan terdapat endapan
Warna larutan bening dan  ditambah AlCl3. Larutan bening dan terdapat endapan.



Warna awal aniline cokelat tua, ditambah kloroform larutan menjadi merah setelah ditambah AlCl3 larutan berubah menjadi merah seperti the dan ada penggumpalan.

Warna larutan bening

2.         Uji Gugus Fenol
Reaksi Zat
Pereaksi Fehling
Fenol




Resorsinol
Warna fenol coklat setelah ditambah fehling A (warna biru) berubah menjadi cokelat muda kemudian ditambah fehling B dan dipanaskan, warna menjadi biru gelap pekat, terdapat endapan.

Ditambah Fehling A, larutan menjadi hijau muda. kemudian Ditambah fehling B yang bewarna bening, warna larutan berubah menjadi biru kehijauan dan saat dipanaskan berubah menjadi biru pekat dan mengeluarkan aroma.


F.        ANALISIS DATA
1.      Uji Gugus Aromatis
a.       Reaksi dengan H2SO4 pekat berasap
1)      Reaksi pada benzena
Cara I :




2 - Copy
 



Cara II :
1 - Copy
 
















2)      Reaksi pada anilin
3 - Copy
 
















                        C6H5NH2 + H2SO4                              C6H4NH2SO3H + H2O

3)      Reaksi pada asam benzoat
4-1-3
 




1-5-1










b.      Reaksi dengan CHCl3-AlCl3
1)      Reaksi pada benzene
4-2-1
 


 










2)      Reaksi pada anilin
AlCl3
 
1 - Copy
C6H5NH2 + CHCl3                             C6H4NH2(AlCl3)CHCl2 + HCl

3)      Reaksi pada asam benzoat
4-2-3
 









2.      Uji Gugus Fenol
Reaksi dengan pereaksi Fehling

4
 












G.        PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengenal reaksi – reaksi senyawa aromatis, mengindentifikasi senyawa golongan aromatis, mengidentifikasi adanya fenol, dan mengenal reaksi-reaksi  yang membedakan fenol monovalen dan poivalen.
Senyawa aromatis merupakan senyawa lingkaran  yang strukturnya berkaitan dengan benzena yang mengandung enam elektron, didalam  satu lingkaran yang beratom enam atau senyawa turunan hidrokarbon hetosiklik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi. Sebagian besar senyawa organic bahan alam adalah senyawa aromatis.
Fenol ialah senyawa yang gugs OH-nya melekat langsung pada cincin aromatic. Fenol berbeda dari alkohol dalam sifat fisik dan kimianya.
  Pada percobaan pertama, yaitu reaksi senyawa aromatic dengan menggunakan H2SO4 Pekat berasap. Dilakukan 3 perlakuan sampel yang berbeda-beda. Sampel pertama mengunakan benzena dicampurkan dengan H2SO pekat berasap dalam tabung reaksi .Pada pencampuran tersebut terjadi perubahan warna dari awalnya bening menjadi jingga dan terbentuk 2 fase dan memisah,fase organic terdapat di atas dan fase air di bawah . Hal ini karena benzena merupakan pelarut non polar yang tidak larut dalm air maupun asam kuat pekat berasap . Benzena dapat larut dalam pelarut organic. Reaksi sulfonasi pada benzene merupakan reaksi yang dapat balik , dikatakan mudah balik karena ion benzenium antara dalam sulfonasi dapat kembali ke benzena atau asam benzasulfonat. selanjutnya pada anilin, ketika direaksikan dengan H2SO4 pekat berasap, terbentuk larutan berwarna hitam kehijauan serta terasa panas. Timbulnya perubahan warna dalam larutan disebabkan adanya pemutusan dan pengikatan gugus-gugus atau senyawa dari masing-masing zat membentuk senyawa baru di mana pada proses ini dibutuhkan energi yang besar sehingga terjadi peningkatan suhu (terasa panas). Peningkatan suhu yang tinggi juga dikarenakan adanya elektrofilen SO3+ dari senyawa asam sulfat yang merupakan asam kuat yang terdisosiasi sempurna dan memutus satu ikatan H untuk berikatan dengan anilin. Selanjutnya, pada asam benzoat, ketika direaksikan dengan H2SO4, warna larutan berubah menjadi hitam keunguan dan di pinggir tabung reaksi bewarna orange dan terdapat endapan. Pada prinsipnya, asam benzoat akan memutus ikatan H dan bereaksi dengan HSO3+. Dengan adanya proses  pemutusan dan pengikatan masing-masing gugus dalam senyawa-senyawa tersebut menyebabkan terbentuknya senyawa baru. Terbentuknya senyawa baru ditandai dengan adanya  fase koloid dalam tabung reaksi. Namun terdapat kesalahan dalam percobaan ini, seharusnya yang terbentuk pada pencampuran yaitu membentuk dua fase cair dan fase koloid yang bewarna putih. Kesalahan ini disebabkan karena pada saat penambahan H2SO4 pekat lebih dari semestinya karena tempat pengamatan kurang terang.
Pada percobaan kedua yaitu benzena, anilin, dan asam benzoat direaksikan dengan CHCl3-AlCl3. Pada benzena, ketika ditambahkan CHCl3, benzena larut dan larutannya bewarna bening. Ketika ditambahkan AlCl3 anhidrat, terdapat endapan dan larutannya tetap bening. Benzena dapat larut dalam CHCl3 karena CHCl3 merupakan pelarut organik. Proses larutnya benzena dalam CHCl3 tidak menyebabkan terbentuknya senyawa baru. Pada penambahan AlCl3 anhidrat, terjadi reaksi kimia yang menyebabkan terbentuknya senyawa baru. Pada tabung berisi anilin, yang warna awalnya cokelat tua, setelah ditambahkan kloroform larutan menjadi merah. Dalam hal ini tidak terbentuk senyawa baru karena anilin hanya mengalami pengenceran karena larut dalam CHCl3. Ketika ditambahkan AlCl3 anhidrat, larutan berubah menjadi merah seperti teh (pekat) dan ada penggumpalan. Gumpalan yang terbentuk merupakan endapan AlCl3 yang terbentuk kembali setelah reaksi, sementara larutan yang terbentuk adalah HCl dan C6H3CHCl2NH2. Kemudian pada asam benzoat,larutan tetap bening,tidak ada reaksi. Ini  menunjukkan tidak terbentuknya senyawa baru. Sehingga dapat dikatakan AlCl3 hanya bertindak sebagai katalis yang mepercepat laju reaksi. Pada penambahan asam benzoate dengan CHCl3-AlCl3, mungkin terjadi kesalahan akibat kurang cermat dalam mengamati proses terbentuknya endapan.
Pada percobaan yang terakhir,yaitu fenol dan resorsinol direaksikan dengan pereaksi Fehling. Pada fenol, ketika ditambahkan Fehling A, terbentuk larutan berwarna coklat muda yang awalnya bewarna coklat. Kemudian ditambahan Fehling B menyebabkan warna larutan menjadi biru. Saat dipanaskan, larutan menjadi biru gelap (pekat) dan terbentuk endapan. Endapan yang terbentuk merupakan endapan Cu2O. Adanya endapan ini merupakan indikasi positif adanya gugus hidroksi karena endapan Cu2O merupakan hasil reaksi antara Cu2+ dari pereaksi Fehling dengan gugus –OH dari fenol.
Kemudian pada resorsinol yang ditambahkan fehling A menghasilkan larutan berwarna hijau muda. Hal ini menunjukkan bahwa resorsinol dapat larut dengan fehling A. kemudian ditambahkan fehling B, dihasilkan warna larutan berubah menjadi biru kehijauan. Dan saat dipanaskan berubah warnanya menjadi biru pekat dan mengeluarkan aroma.. Seharusnya terdapat endapan bewarna merah bata, Hal ini terjadi karena resorsinol memiliki dua ikatan OH yang akan teroksidasi menjadi H2O dan CO2+ yang tereduksi membentuk endapan Cu2O dengan warna merah bata, Sampel resorsinol merupakan jenis fenol polivolen karena memiliki lebih dari satu gugus OH.
H.      KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Terdapat beberapa jenis reaksi pada senyawa aromatis , yaitu reaski sulfonasi ,alkilasi ,halogenasi , nitrasi dan asilasi.
2.      Untuk mengidentifikasi senyawa aromatis dapat dilakukan dengan reaski H2SO4 pekat berasap dan reaksi dengan CHCl3- AlCl3 .
3.      Untuk mengidentifikasi adanya fenol dapat dilakukan melalui reaksi dengan FeCl3 ,piridin , reaski almen , dan reaksi dengan pirolisis fehling .
4.      Reaksi pada sampel fenol yang direaksikan dengan Million deigunakan untuk identifikasi fenol monoovalen , sedangkan pereaksi  fehling dapat mengidentiifikasi fenol polivalen.



















DAFTAR PUSTAKA
Darwis, D. 2001. Teknik Isolasi dan Karakteristik Senyawa Metabolit Sekunder. Padang Universitas Andalas.
Oxtoby, David. 2001. Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
Slamet, R. Arbianti, dan Daryanto. 2005. Pengolahan Limbah Organik ( fenol ) dan Logam Berat  (Cr6- atau Pt4-) Secara Simultan dengan FotokatalisTiO, ZnO-TiO dan Cds –TiO. Jakarta : Universitas Indonesia.
Sovia. 2006. Senyawa Havopoida, Fenil Propanoida dan dan Aalkoloida. Jakarta : USU Repository.