ACARA IV
IDENTIFIKASI
GOLONGAN AROMATIS DAN FENOL
A. PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
1. Tujuan
Praktikum:
a. Mengenal
reaksi-reaksi senyawa aromatis.
b. Mengidentifikasi
senyawa golongan aromatis.
c. Mengidentifikasi
adanya fenol.
d. Mengenal
reaksi-reaksi yang membedakan fenol monovalen dan polivalen.
2. Waktu Praktikum:
Jumat, 29 November 2013
3. Tempat
Praktikum:
Lantai III, Laboratorium
Kimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu
Pengetahuan
Alam,
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Senyawa aromatis merupakan senyawa
lingkaran yang strukturnya berkaitan dengan benzene yang mengandung enam
electron , didalam satu lingkaran yang beratom 6 atau senyawa turunan
hidrokarbon heterosiklik yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi. Sebagian besar
senyawa anorganik bahan alam adsalah senyawa-senyawa aromatis. Senyawa ini
tersebar luas sebagai zat warna alam yang menyebabkak warna pada bunga,kayu
pohon tropis bermacam-macam dan lumut termasuk zat warna alizatin
(sovia,2006:5).
Senyawa aromatis ini mengandung
cincin aromatis yang hanya terdiri dari atom karbon seperti
benzene,naktalena,cincin karbon aromatis ini biasa tersubstitusi oleh atau
lebih gugus hidroksil atau bahan alam aromatis ini sering disebut sebagai
senyawa fenol walaupun sebagaian diantaranya bersifat netral karena tidak
mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas (darwis,2001:54).
Fenol ialah senyawa yang gugus OH – nya melekat
langsung pada cincin aromatis, Fenol berbeda dari alkohol dalam sifat fisik dan
kimianya. perbedaan yang paling penting adalah keasaman fenol, meskipun bukan
asam kuat, mudah bereaksi dengan natrium hidroksida untuk membuat garam
fenoksida, pembuatan fenol menggunakan
jenis reaksi yang sangat berbeda dengan yang digunakan untuk membuat
alkohol ( Oxtoby,2001 : 124).
Fenol merupakan salah satu senyawa
organic yang berasal dari buangan industry yang berbahaya bagi lingkungan dan
manusia dalam konsentrasi tertentu senyawa ini dapat memberikan efek yang buruk
terhadap manusia antara lain berupa kerusakan hati dan ginjal,penurunan tekanan
darah,pelemahan detak jantung hingga kematian. Senyawa ini dapat dikatakan aman
bagi lingkungan jika konsentrasinya berkisar antara 0,5-1,0 mg/I sesuai dengan
KEP No.51/MENLH/10/1995 dan ambang batas fenol dalam air baku air minum adalah
0,002 mg/I seperti dinyatakan oleh BAPEDAL. (Slamet,2005:67).
C. ALAT
DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum:
a. Bunsen
b. Korek api
c. Neraca
analitik
d. Penjepit
tabung reaksi
e. Pipet
tetes
f. Pipet
volum 1 ml
g. Pipet volum 5 ml
h. Rak tabung reaksi
i.
Rubber bulb
j.
Spatula
k. Tabung
reaksi
2. Bahan-bahan Praktikum:
a. Larutan Anilin
b. Larutan Benzena
c. Larutan Fehling
A
d. Larutan Fehling
B
e. Larutan Fenol
f. Larutan Kloroform
g. Larutan
H2SO4 pekat berasap
h. Resorsinol 0,1 gram
i.
Serbuk AlCl3
anhidrat
j.
Serbuk asam benzoat
D. SKEMA
KERJA
1. Reaksi
dengan H2SO4 Pekat Berasap
2. Reaksi
dengan CHCl3-AlCl3
3. Reaksi
dengan Pereaksi Fehling
4. Reaksi dengan FeCl3-piridin
(Tidak Dilakukan)
5.
Reaksi
Almen (Tidak Dilakukan)
E.
HASIL PENGAMATAN
1.
Uji Gugus Aromatis
Reaksi Zat
|
H2SO4 Pekat
Berasap
|
CHCl3-AlCl3 anhidrat
|
Benzena
Anilin
Asam
benzoat
|
Warna
awal bening
Setelah
dicampur
terjadi pemisahan benzene di bawah dan H2SO4 di atas
dan warna jingga.
Larutan bewarna hitam kehijauan
dan berbentuk cair,terasa panas dan berasap.
Setelah ditambah H2SO4
warna menjadi hitam keunguan dan dipinggir tabung reaksi bewarna orange dan
terdapat endapan
|
Warna larutan bening dan ditambah AlCl3. Larutan bening dan terdapat
endapan.
Warna awal aniline cokelat tua,
ditambah kloroform larutan menjadi merah setelah ditambah AlCl3
larutan berubah menjadi merah seperti the dan ada penggumpalan.
Warna larutan
bening
|
2.
Uji Gugus Fenol
Reaksi Zat
|
Pereaksi
Fehling
|
Fenol
Resorsinol
|
Warna fenol coklat setelah
ditambah fehling A (warna biru) berubah menjadi cokelat muda kemudian
ditambah fehling B dan dipanaskan, warna menjadi biru gelap pekat, terdapat
endapan.
Ditambah
Fehling A, larutan menjadi hijau muda. kemudian Ditambah fehling B yang bewarna bening, warna
larutan berubah menjadi biru kehijauan dan saat dipanaskan berubah menjadi
biru pekat dan mengeluarkan aroma.
|
F.
ANALISIS DATA
1. Uji
Gugus Aromatis
a. Reaksi
dengan H2SO4 pekat berasap
1) Reaksi
pada benzena
Cara I :
Cara II :
2) Reaksi
pada anilin
C6H5NH2
+ H2SO4 C6H4NH2SO3H
+ H2O
3) Reaksi
pada asam benzoat
b. Reaksi
dengan CHCl3-AlCl3
1) Reaksi
pada benzene
2) Reaksi
pada anilin
|
C6H5NH2 + CHCl3 C6H4NH2(AlCl3)CHCl2
+ HCl
3) Reaksi
pada asam benzoat
2. Uji
Gugus Fenol
Reaksi dengan pereaksi
Fehling
G. PEMBAHASAN
Pada
praktikum kali
ini bertujuan untuk mengenal reaksi – reaksi senyawa aromatis,
mengindentifikasi senyawa golongan aromatis, mengidentifikasi adanya fenol, dan
mengenal reaksi-reaksi yang membedakan
fenol monovalen dan poivalen.
Senyawa aromatis merupakan senyawa lingkaran yang strukturnya berkaitan dengan benzena
yang mengandung enam elektron, didalam
satu lingkaran yang beratom enam atau senyawa turunan hidrokarbon hetosiklik
yang memiliki ikatan rangkap
terkonjugasi. Sebagian besar
senyawa organic bahan alam adalah senyawa aromatis.
Fenol ialah senyawa yang gugs OH-nya melekat langsung
pada cincin aromatic. Fenol berbeda dari alkohol dalam sifat fisik dan kimianya.
Pada percobaan pertama, yaitu reaksi senyawa aromatic
dengan menggunakan H2SO4
Pekat berasap. Dilakukan
3 perlakuan sampel
yang berbeda-beda.
Sampel pertama mengunakan benzena dicampurkan dengan H2SO4 pekat berasap dalam tabung reaksi .Pada
pencampuran tersebut terjadi perubahan warna dari awalnya bening menjadi jingga dan terbentuk
2 fase dan memisah,fase organic terdapat di atas dan fase air di bawah . Hal
ini karena benzena
merupakan pelarut non polar yang tidak larut dalm air maupun asam kuat pekat
berasap . Benzena dapat larut dalam pelarut organic. Reaksi sulfonasi pada
benzene merupakan reaksi yang dapat balik , dikatakan mudah balik karena ion
benzenium antara dalam sulfonasi dapat kembali ke benzena atau asam
benzasulfonat.
selanjutnya pada anilin, ketika direaksikan dengan H2SO4
pekat berasap, terbentuk larutan berwarna hitam kehijauan serta terasa
panas. Timbulnya
perubahan warna dalam larutan disebabkan adanya pemutusan dan pengikatan
gugus-gugus atau senyawa dari masing-masing zat membentuk senyawa baru di mana
pada proses ini dibutuhkan energi yang besar sehingga terjadi peningkatan suhu
(terasa panas). Peningkatan suhu yang tinggi juga dikarenakan adanya
elektrofilen SO3+ dari senyawa asam sulfat yang merupakan
asam kuat yang terdisosiasi sempurna dan memutus satu ikatan H untuk berikatan
dengan anilin.
Selanjutnya, pada asam benzoat, ketika direaksikan dengan H2SO4, warna larutan berubah menjadi hitam
keunguan dan di pinggir tabung reaksi bewarna orange dan terdapat endapan. Pada
prinsipnya, asam benzoat akan memutus ikatan H dan bereaksi dengan HSO3+.
Dengan adanya proses pemutusan
dan pengikatan masing-masing gugus
dalam senyawa-senyawa tersebut menyebabkan terbentuknya senyawa baru.
Terbentuknya senyawa baru ditandai dengan adanya fase koloid dalam tabung reaksi. Namun terdapat kesalahan dalam
percobaan ini, seharusnya yang terbentuk pada pencampuran yaitu membentuk dua
fase cair dan fase koloid yang bewarna putih. Kesalahan ini disebabkan karena
pada saat penambahan H2SO4 pekat lebih dari semestinya karena tempat
pengamatan kurang terang.
Pada
percobaan kedua
yaitu benzena, anilin, dan asam benzoat
direaksikan dengan CHCl3-AlCl3. Pada benzena, ketika
ditambahkan CHCl3, benzena larut dan larutannya bewarna bening.
Ketika ditambahkan AlCl3 anhidrat, terdapat endapan dan larutannya
tetap bening. Benzena dapat larut dalam CHCl3 karena CHCl3
merupakan pelarut organik. Proses larutnya benzena dalam CHCl3 tidak
menyebabkan terbentuknya senyawa baru. Pada penambahan AlCl3
anhidrat, terjadi reaksi kimia yang menyebabkan terbentuknya senyawa baru. Pada tabung berisi anilin,
yang warna awalnya
cokelat tua,
setelah ditambahkan kloroform
larutan menjadi merah. Dalam hal ini tidak
terbentuk senyawa baru karena anilin hanya mengalami pengenceran karena larut
dalam CHCl3. Ketika ditambahkan AlCl3 anhidrat, larutan berubah menjadi
merah seperti
teh (pekat) dan ada penggumpalan. Gumpalan yang terbentuk merupakan endapan
AlCl3 yang terbentuk kembali setelah reaksi, sementara larutan yang
terbentuk adalah HCl dan C6H3CHCl2NH2. Kemudian
pada asam benzoat,larutan
tetap bening,tidak ada reaksi. Ini menunjukkan tidak terbentuknya senyawa baru.
Sehingga dapat dikatakan AlCl3 hanya bertindak sebagai katalis yang
mepercepat laju reaksi.
Pada penambahan asam benzoate dengan CHCl3-AlCl3, mungkin
terjadi kesalahan akibat kurang cermat dalam mengamati proses terbentuknya
endapan.
Pada percobaan yang terakhir,yaitu fenol dan
resorsinol direaksikan dengan pereaksi Fehling. Pada fenol, ketika ditambahkan
Fehling A, terbentuk larutan berwarna coklat muda yang awalnya bewarna coklat. Kemudian ditambahan
Fehling B menyebabkan warna larutan menjadi biru. Saat dipanaskan, larutan menjadi biru gelap (pekat) dan
terbentuk endapan.
Endapan yang terbentuk merupakan endapan Cu2O.
Adanya endapan ini merupakan indikasi positif adanya gugus hidroksi karena
endapan Cu2O merupakan hasil reaksi antara Cu2+
dari pereaksi Fehling dengan gugus –OH dari fenol.
Kemudian pada resorsinol yang ditambahkan fehling A
menghasilkan larutan berwarna hijau muda. Hal ini menunjukkan bahwa resorsinol dapat larut dengan
fehling A. kemudian
ditambahkan fehling B, dihasilkan warna larutan berubah menjadi biru kehijauan. Dan saat dipanaskan berubah warnanya menjadi biru pekat dan mengeluarkan aroma..
Seharusnya terdapat endapan bewarna
merah bata, Hal ini terjadi karena resorsinol memiliki dua ikatan OH yang akan
teroksidasi menjadi H2O dan CO2+ yang tereduksi membentuk
endapan Cu2O dengan warna merah bata, Sampel resorsinol merupakan
jenis fenol polivolen karena memiliki lebih dari satu gugus OH.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Terdapat beberapa jenis reaksi pada
senyawa aromatis , yaitu reaski sulfonasi ,alkilasi ,halogenasi , nitrasi dan
asilasi.
2. Untuk mengidentifikasi senyawa
aromatis dapat dilakukan dengan reaski H2SO4 pekat
berasap dan reaksi dengan CHCl3- AlCl3 .
3. Untuk mengidentifikasi adanya fenol
dapat dilakukan melalui reaksi dengan FeCl3 ,piridin , reaski almen
, dan reaksi dengan pirolisis fehling .
4. Reaksi pada sampel fenol yang
direaksikan dengan Million deigunakan untuk identifikasi fenol monoovalen ,
sedangkan pereaksi fehling dapat
mengidentiifikasi fenol polivalen.
DAFTAR
PUSTAKA
Darwis, D. 2001.
Teknik Isolasi dan Karakteristik Senyawa Metabolit Sekunder. Padang
Universitas Andalas.
Oxtoby, David. 2001. Kimia
Modern. Jakarta : Erlangga.
Slamet, R. Arbianti, dan Daryanto. 2005. Pengolahan Limbah Organik ( fenol ) dan
Logam Berat (Cr6- atau Pt4-)
Secara Simultan dengan FotokatalisTiO, ZnO-TiO dan Cds –TiO. Jakarta :
Universitas Indonesia.
Sovia. 2006. Senyawa
Havopoida, Fenil Propanoida dan dan Aalkoloida. Jakarta : USU Repository.
No comments:
Post a Comment