Powered By Blogger

Tuesday, June 9, 2015

ACARA I
UJI KELARUTAN

A.      PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.      Tujuan Praktikum:
a.       Mengetahui kelarutan zat organik dalam beberapa pelarut.
b.      Menentukan golongan suatu zat organik berdasarkan kelarutannya.
2.      Waktu Praktikum:
Jumat, 8 November 2013
3.      Tempat Praktikum:
Lantai III,Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.


B.       LANDASAN TEORI
            Proses pelarutan, seperti halnya semua proses fisis dan kimia, dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor pertama adalah energi, yang menentukan apakah proses pelarutan bersifat eksotermik atau endotermik. Faktor kedua ialah kecenderungan hakiki menuju ketidakteraturan dalam semua kejadian di alam. Seperti halnya setumpuk kartu remi yang menjadi bercampur setelah dikocok beberapa kali, ketika molekul zat terlarut dan molekul pelarut bercampur membentuk larutan, ketidakteraturan akan meningkat. Dalam keadaan murni, pelarut dan zat terlarut memiliki derajat keteraturan yang cukup tinggi, tampak dari cukup teraturnya susunan atom, molekul, atau ion dalam ruang tiga-dimensi. Keteraturan yang tinggi ini akan hancur bila zat terlarut, larut dalam pelarut. Jadi, proses pelarutan diiringi oleh peningkatan ketidakteraturan atau kacakan. Meningkatnya ketidakteraturan sistem inilah yang menyebabkan zat apa pun larut, sekalipun proses pelarutannya bersifat endotermik (Chang, 2005: 5).
            Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh,larutan tidak jenuh. Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh. Dalam jumlah tertentu pada pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat bergantung pada zat itu, molekul pelarut, temperature,dan tekanan meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, larutan biner hanya mengandung dua komponen yaitu zat terlarut dan pelarut (Ahmad,2001: 1).
Naftalena merupakan salah satu komponen yang termasuk benzene aromatic, tetapi tidak termasuk polisiklik. Naftalena memiliki kemiripan sifat yang memungkinkan zat adiktif bensin untuk mengikat nilai oktan. Sifat-sifat tersebut antara lain : Sifat pembakaran yag baik,mudah menguap sehingga tidak meninggalkan getah padat pada bagian –bagian mesin. Penggunaan naftalena sebagai zat adiktif memeng belum terkenal mesin dalam tahap penelitian. Sampai saat ini memang belum diketahui akibat buruk penggunaan naftalena terhadap lingkungan dan kesehatan, namun ia relative aman digunakan( Widjoseno,2003 : 27 ).

C.       ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1.      Alat-alat Praktikum:
a.       Penjepit
b.      Pipet tetes
c.       Rak tabung reaksi
d.      Tabung reaksi
e.       Spatula

2.      Bahan-bahan Praktikum:
a.       Anilin
b.      Aquades
c.       Asam benzoat padatan
d.      Asetaldehida
e.       Butanol
f.       Larutan dietil eter
g.      Larutan HCl 5 %
h.      Larutan H2SO4 pekat
i.        Larutan H3PO4 85 %
j.        Larutan NaHCO3 5 %
k.      Larutan NaOH 5 %
l.        Kertas lakmus
m.    Padatan naftalen

D.      SKEMA KERJA

Asetaldehida, asam benzoat, anilin, butanol, naftalen
I
 
N2
 
A2
 
S2
 
 
















E.       HASIL PENGAMATAN
1.      Tabel Kelarutan Percobaan
Sampel
Kelarutan dalam
Kelas Kelarutan
air
eter
NaOH
NaHCO
HCl
HSO
HPO
Asetaldehida
S
Butanol
×
×
×
×
N2
Asam benzoat
×
A1
Naftalena
×
×
×
×
×
I
Anilin
×
×
×
N1

Keterangan :
          (√) larut
          (×) tidak larut
          (−) tidak dilakukan

2.      Tabel Hasil Pengamatan
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1




2










3




4





5
Asetaldehida
a.       Asetaldehida + air
b.      Asetaldehida+ eter
c.       Asetaldehida + lakmus

Butanol
a.       Butanol + air

b.      Butanol + NAOH

c.       Butanol + HCl

d.      Butanol + H2SO4

e.       Butanol + H3PO4

Asam benzoat
a.       Asam benzoat + air

b.      Asam benzoat + NaOH
c.       Asam benzoat + NaHCO3

Naftalen
a.       Naftalen + air
b.      Naftalen + NaOH
c.       Naftalen + HCl
d.      Naftalen + H2SO4

Anilin
a.       Anilin + air
b.      Anilin + NaOH
c.       Anilin + HCl

Kedua larutan menyatu
Keduan larutan menyatu
Lakmus tidak mengalami perubahan


Kedua larutan tidak larut. Butanol di atas dan air di bawah
Tidak larut. Butanol di bagian atas NaOH di bawah
Tidak larut. Butanol di bagian atas HCl di bawah
Larut,warna merah bata ( panas )

Larut, ( bening )
T

Tidak larut,asam benzoat menggumpal putih keruh
Larut
Tidak larut,putih keruh asam benzoat


Tidak larut
Tidak larut
Tidak larut,ada gumpalan.
Tidak larut,naftalen diatas ( panas )


Tidak larut,air di bawah anilin diatas
Tidak larut,NaOH dibawah,anilin di atas
Larut,warna coklat kotor



F.        ANALISIS DATA
1.    Asetaldehida
a.       Asetaldehida + aquades
1-5-1
 






b.      Asetaldehida + dietil eter
panah.png
1-5-2,1-5-1,1-5-1








c.       Asetaldehida + lakmus            lakmus tidak berubah warna
Jadi, kelas kelarutan dari asetaldehida adalah S1.

2.    Butanol
a.       Butanol + aquades
1-4-1
 



b.      Butanol + NaOH 5%
 



c.       Butanol + HCl 5%
1-4-3
 




d.      Butanol + H2SO4 96 %


e.       Butanol + H3PO4
H3C – CH2 – CH2 –CH2 –OH + H3PO4
Jadi, kelas kelarutan dari butanol adalah N2.




3.    Asam Benzoat
a.       Asam benzoat + aquades
 






b.      Asam benzoat + NaOH 5%
 






c.       Asam benzoat + NaHCO3 5%
 



           







Jadi, kelas kelarutan Asam Benzoat adalah A1.


4.    Naftalena
a.       Naftalen + Aquades


b.      Naftalena + NaOH 5%


c.       Naftalena + HCl 5%


d.      Naftalena + H2SO4 96%

            Jadi, kelas kelarutan naftalen adalah I.

5.    Anilin
a.       Anilin + H2O


b.      Anilin + NaOH






c.       Anilin + HCl 5%


d.      Anilin + H2SO4 pekat


e.       Anilin + H3PO4


                                    Jadi, kelas kelarutan anilin adalah N1.

Tabel Kelas Kelarutan Senyawa Organik
Kelas Kelarutan
Golongan Senyawa Organik
S
Garam dari asam organik (RCONa, RSONa); amina hidroklorida (RNHCl); asam amino ;  karbohidrat (gula); senyawa polihidroksi, dsb.
SA
Asam karbosiklik monofungsional dengan 5 karbon atau dibawahnya, asam-asam arilsulfonik.
SB
Amina monofungsional dengan 6 karbon atau dibawahnya (turunannya).
S
Alkohol monofungsional, aldehida, keton, ester, nitril, dan amida dengan 5 karbon (contoh : asetaldehida).
A
Asam organik kuat, asam karbosiklik dengan lebih dari 6 karbon, Phenol dengan susunan letak gugusnya pada orto dan para (contoh : asam benzoat).
A
Asam organik lemah, phenol, enol, oxim, imidies, sulfoamida, tiofenol, semua yang memiliki karbon lebih dari 5.
B
Amina alifatik dengan 8 atau lebih karbon penyusunnya, anilin (hanya untuk satu fenol yang berikatan dengan nitrogen); beberapa eter.
MN
Bermacam-macam senyawa netral yang memiliki gugus nitrogen atau sulfur dan memiliki lebih dari 5 atom karbon.
N
Alkohol, aldehida, keton, ester, dengan satu gugus fungsional dan terdiri dari 5 atom karbon lebih yang kurang dari 9, eter, epoksida, alkena, alkil, beberapa senyawa aromatis.
I
Hidrokarbon jenuh, haloalkana, arilhalida, senyawa aromatik lain yang tidak reaktif, diaril eter (contoh: naftalena).

G.      PEMBAHASAN
            Kelarutan senyawa organic terjadi karena adanya reaksi kimia dan adanya sifat saling campur antara pelarut dan zat terlarut. Namun percobaan yang dilakukan , bahan –bahan yang akan semuanya mengandung gugus fungsi sehingga mekanisme kelarutan terjadi karena adanya reaksi kimia yaitu kelarutan berdasarkan asam dan basa.
             Suatu larutan mengandung zat terlarut atau lebih dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponenyang jumlahnya sedikit ,sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. Banyaknya zat terlarut yang menghasilkan larutan jenuh, dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat bergantung sifat zat itu ,molekul pelarut, temperatur, dan tekanan ( Hiskia, 2001).
  Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan zat organik dalam beberapa pelarut dan menentukan gologan suatu zat organik berdasarkan kelarutannya. Ada beberapa zat organic yang akan diuji diantaranya asetaldehid, butanol, asam benzoat, naftalein dan anilin. Semua zat organic tersebut diuji dengan air,dimana air berperan sebagai penentu kepolaran suatu senyawa. Jenis pelarut yang lain selain air diantaranya eter, NaOH, NHCO3, HCl, H2SO4 dan H3PO4 dengan pH yang dimiliki oleh masing-masing larutan berbeda-beda sehingga pada keadaan tertentu suatu zat yang dapat larut dan eter dapat dilanjutkan pengujiannya dengan menggunakan kertas lakmus.
Percobaan pertama yaitu pengujian larutan asetaldehid, dimana pada pengujian asetaldehid ini ditambahkan dengan air dan hasilnya asetaldehid larut di dalam air, ini disebabkan oleh intraksi antar molekul yang berikatan dengan kepolaran gugus karbonil mengakibatkan titik didih asetaldehid lebih dari pada titik didih hidrokarbon berbobot molekul sebanding. Asetaldehid mudah menguap dan mempunyai bobot yang rendah. Karena asetaldehid di dalam air ,kemudian dilanjutkan pengujiannya dengan menambahkan eter pada larutan asetaldehid, eter biasanya bereaksi dengan asam encer, karena eter memiliki titik didih lebih rendah dibandingkan titik didih alcohol walaupun jumlah atomnya sama. Karena kelarutan eter di dalam campuran lebih tinggi dari pada kelarutan asetaldehid sehingga asealdehid larut di dalam eter. Dari pengujian dengan kertas lakmustidak terjadi perubahan warna sehingga membentuk larutan netral sehingga dimasukkan ke dalam golongan S1 yaitu golongan yang suka terhadap pelarut air dan membentuk larutan netral dengan pelarut eter.
Pada pengujian larutan yang kedua berdasarkan hasil pengamatan didapatkan butanol tidak larut dalam air, NaOH 5%, HCl 5%, dan H3PO4 85% dan larut pada H2SO4 96%.butanol tidak larut dalam air disebabkan butanol bersifat hidrofobik (tidak suka air), selain itu butanol merupakan gugus homolog alkohol pertama yang tidak larut dalam air. Ini berdasarkan teorinya yaitu semakain panjang hidrokarbonnya atau semakin banyak jumlah atom karbon pada suatu senyawa alcohol ,maka semakin rendah pula kelarutannya dalam air. Butanol tidak larut dalam NaOH 5% disebabkan sifat butanol sama dengan NaOH 5% yaitu bersifat basa. Butanol tidak larut dalam HCl ,seharusnya berdasarkan konsepnya butanol larut dalam HCl yang merupakan pelarut asam. Adapun tidak larutnya  butanol dalam HCl 5% dikarenakan konsentrasi HCl sangat kecil. Kemudian butanol tidak larut dalam H3PO4 .seharusnya butanol larut dalam H3PO4 . yang menyebabkan tidak larutnya butanol dalam H3PO4 dikarenakan kesalahan atau konsentrasi dari butanol lebih tinggi dari H3PO4. Selanjutnya butanol dapat larut dalam dalam H2SO4 96%, ini karena H2SO4 bersifat asam dan butanol bersifat basa,karena butanol mudah larut dalam larutan asam. Pada proses penambahan H2SO4 96% butanol larut ditandai dengan adanya perubahan warna larutan menjadi kuning dan timbul panas.warna kuning disebabkan oleh terbentuknya ester sulfat sedangkan panas yang ditimbulkan karena dalam proses pembentukannya butanol akan terurai begitu juga dengan asam sulfat dimana terdapat energy disosiasi yang dilepaskan sehingga terjadi peningkatan suhu larutan.
Percobaan ketiga yaitu proses identifikasi Kristal asam benzoate ,asam benzoate tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan karena asam benzoate adalah asam karboksilat lemah bahkan terlalu lemah  untuk menghilangkan proton. Kemudian proses pelarutan selanjutnya yaitu asam benzoate dapat larut dalam NaOH. Hal ini disebabkan karena NaOH adalah termasuk basa kuat sehingga pada saat pencampuran akan ternetralisasi dan terurai membentuk ion dan juga air dan terbentuk larutan yang bewarna bening. Selanjutya asam benzoate dapat larut dalam NaHCO3 5%. Hal ini disebabkan karena NaHCO3 bersifat basa dan akan melarutkan asam benzoate.
Percobaan keempat yaitu proses pengujian naftalen ,berdasarkan hasil pengamatan didapatkan naftalen tidak dapat larut dalam air, NaOH, HCl, dan H2SO4.hal ini dikarenakan naftalen merupakan turunan benzene  yang mana benzene dan turunannyatidak dapat larut dalam air yang bersifat non polar.
Percobaan yang terakhir yaitu identifikasi anillin dimana didapatkan hasil anillin tidak larut pada air, NaOH 5% dan HCl 5% dan hanya larut pada H2SO4 96% dan H3PO4 85%. Anillin tidak larut pada air karena bersifat nonpolar. Selain itu anillin tidak larut dalam senyawa yang bersifat basa ,oleh karenanya hanya dapat larut pada pelarut asam. Anillin digolongkan pada N1 karena hanya larut pada H2SO4 96% dan H3PO4 85%.

H.      KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
1.      Kelarutan  zat organik dalam beberapa pelarut antara lain
1)      Asetaldehida larut dalam air dan eter.
2)      Butanol larut dalam asam (H2SO4).
3)      Asam benzoat larut dalam pelarut basa (NaOH dan NaHCO3).
4)      Naftalen tidak larut dalam air, eter, asam, dan basa.
5)      Anilin larut dalam pelarut asam (H2SO4 dan H3PO4).
2.      Golongan zat organik berdasarkan kelas kelarutannya yaitu:
1)      Kelas kelarutan asetaldehida adalah S1.
2)      Kelas kelarutan butanol adalah N2.
3)      Kelas kelarutan asam benzoat adalah A1.
4)      Kelas kelarutan naftalen adalah I.
5)      Kelas kelarutan anilin adalah N1.




















DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti. Edisi Ke-3/Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hiskia, Ahmad. 2001. Kimia Larutan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Sarker, Satyajit D. dan Lutfun Nahar. 2007. Chemistry for Pharmacy Students: General, Organic, and Natural Product Chemistry. West Sussex: John Wiley & Sons Ltd.
Widjoseno, Djainuddin. Pengaruh Penambahan Adiktif Oktan Booster-17 Sampai AOB-31 Terhadap Perubahan Angka Oktan dan Sifat Fisika Kimia Bensin Premium 88. Bandung : LIPI. 2003.










No comments:

Post a Comment