ACARA
I
UJI
KELARUTAN
A. PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
1. Tujuan
Praktikum:
a. Mengetahui
kelarutan zat organik dalam beberapa pelarut.
b. Menentukan
golongan suatu zat organik berdasarkan kelarutannya.
2. Waktu
Praktikum:
Jumat, 8 November 2013
3. Tempat
Praktikum:
Lantai III,Laboratorium
Kimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu
Pengetahuan
Alam,
Universitas Mataram.
B. LANDASAN
TEORI
Proses
pelarutan, seperti halnya semua proses fisis dan kimia, dipengaruhi oleh dua
faktor. Faktor pertama adalah energi, yang menentukan apakah proses pelarutan
bersifat eksotermik atau endotermik. Faktor kedua ialah kecenderungan hakiki
menuju ketidakteraturan dalam semua kejadian di alam. Seperti halnya setumpuk
kartu remi yang menjadi bercampur setelah dikocok beberapa kali, ketika molekul
zat terlarut dan molekul pelarut bercampur membentuk larutan, ketidakteraturan
akan meningkat. Dalam keadaan murni, pelarut dan zat terlarut memiliki derajat
keteraturan yang cukup tinggi, tampak dari cukup teraturnya susunan atom,
molekul, atau ion dalam ruang tiga-dimensi. Keteraturan yang tinggi ini akan
hancur bila zat terlarut, larut dalam pelarut. Jadi, proses pelarutan diiringi
oleh peningkatan ketidakteraturan atau kacakan. Meningkatnya ketidakteraturan
sistem inilah yang menyebabkan zat apa pun larut, sekalipun proses pelarutannya
bersifat endotermik (Chang, 2005: 5).
Suatu
larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur
tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh,larutan tidak
jenuh. Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh. Dalam
jumlah tertentu pada pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan.
Kelarutan suatu zat bergantung pada zat itu, molekul pelarut, temperature,dan
tekanan meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, larutan biner hanya
mengandung dua komponen yaitu zat terlarut dan pelarut (Ahmad,2001: 1).
Naftalena merupakan salah satu komponen yang termasuk
benzene aromatic, tetapi tidak termasuk polisiklik. Naftalena memiliki
kemiripan sifat yang memungkinkan zat adiktif bensin untuk mengikat nilai
oktan. Sifat-sifat tersebut antara lain : Sifat pembakaran yag baik,mudah
menguap sehingga tidak meninggalkan getah padat pada bagian –bagian mesin.
Penggunaan naftalena sebagai zat adiktif memeng belum terkenal mesin dalam
tahap penelitian. Sampai saat ini memang belum diketahui akibat buruk
penggunaan naftalena terhadap lingkungan dan kesehatan, namun ia relative aman
digunakan( Widjoseno,2003 : 27 ).
C. ALAT
DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum:
a. Penjepit
b. Pipet tetes
c. Rak
tabung reaksi
d. Tabung reaksi
e. Spatula
2. Bahan-bahan Praktikum:
a. Anilin
b. Aquades
c. Asam benzoat padatan
d. Asetaldehida
e. Butanol
f. Larutan
dietil eter
g. Larutan
HCl 5 %
h. Larutan
H2SO4 pekat
i.
Larutan H3PO4
85 %
j.
Larutan NaHCO3
5 %
k. Larutan
NaOH 5 %
l.
Kertas
lakmus
m. Padatan naftalen
D. SKEMA
KERJA
Asetaldehida,
asam benzoat, anilin, butanol, naftalen
|
|
|
|
||||||||||||||
E. HASIL
PENGAMATAN
1. Tabel
Kelarutan Percobaan
Sampel
|
Kelarutan
dalam
|
Kelas
Kelarutan
|
||||||
air
|
eter
|
NaOH
|
NaHCO₃
|
HCl
|
H₂SO₄
|
H₃PO₄
|
||
Asetaldehida
|
√
|
√
|
−
|
−
|
−
|
−
|
−
|
S₁
|
Butanol
|
×
|
−
|
×
|
−
|
×
|
√
|
×
|
N2
|
Asam
benzoat
|
×
|
−
|
√
|
√
|
−
|
−
|
−
|
A1
|
Naftalena
|
×
|
−
|
×
|
−
|
×
|
×
|
×
|
I
|
Anilin
|
×
|
−
|
×
|
−
|
×
|
√
|
√
|
N1
|
Keterangan :
(√) larut
(×) tidak larut
(−) tidak dilakukan
2. Tabel Hasil Pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1
2
3
4
5
|
Asetaldehida
a.
Asetaldehida + air
b.
Asetaldehida+ eter
c.
Asetaldehida +
lakmus
Butanol
a.
Butanol + air
b.
Butanol + NAOH
c.
Butanol + HCl
d.
Butanol + H2SO4
e.
Butanol + H3PO4
Asam benzoat
a.
Asam benzoat + air
b.
Asam benzoat + NaOH
c.
Asam benzoat + NaHCO3
Naftalen
a.
Naftalen + air
b.
Naftalen + NaOH
c.
Naftalen + HCl
d.
Naftalen + H2SO4
Anilin
a.
Anilin + air
b.
Anilin + NaOH
c.
Anilin + HCl
|
Kedua larutan menyatu
Keduan larutan menyatu
Lakmus tidak mengalami perubahan
Kedua larutan tidak larut. Butanol di
atas dan air di bawah
Tidak larut. Butanol di bagian atas
NaOH di bawah
Tidak larut. Butanol di bagian atas
HCl di bawah
Larut,warna merah bata ( panas )
Larut, ( bening )
T
Tidak larut,asam benzoat
menggumpal putih keruh
Larut
Tidak larut,putih keruh asam benzoat
Tidak larut
Tidak larut
Tidak larut,ada gumpalan.
Tidak larut,naftalen diatas (
panas )
Tidak larut,air di bawah anilin diatas
Tidak larut,NaOH dibawah,anilin di atas
Larut,warna coklat kotor
|
F.
ANALISIS DATA
1. Asetaldehida
a. Asetaldehida
+ aquades
b. Asetaldehida
+ dietil eter
c. Asetaldehida
+ lakmus lakmus tidak berubah
warna
Jadi,
kelas kelarutan dari
asetaldehida adalah S1.
2. Butanol
a. Butanol
+ aquades
b. Butanol
+ NaOH 5%
c. Butanol
+ HCl 5%
d.
Butanol
+ H2SO4 96 %
e.
Butanol + H3PO4
H3C
– CH2 – CH2 –CH2 –OH + H3PO4
Jadi,
kelas kelarutan dari
butanol adalah N2.
3. Asam
Benzoat
a. Asam
benzoat + aquades
b. Asam
benzoat + NaOH 5%
c. Asam
benzoat + NaHCO3 5%
Jadi, kelas kelarutan Asam Benzoat adalah A1.
4. Naftalena
a. Naftalen
+ Aquades
b. Naftalena
+ NaOH 5%
c. Naftalena
+ HCl 5%
d. Naftalena
+ H2SO4 96%
Jadi, kelas kelarutan naftalen adalah I.
5. Anilin
a. Anilin
+ H2O
b. Anilin
+ NaOH
c. Anilin
+ HCl 5%
d. Anilin
+ H2SO4 pekat
e. Anilin
+ H3PO4
Jadi,
kelas kelarutan anilin adalah N1.
Tabel Kelas Kelarutan Senyawa
Organik
Kelas
Kelarutan
|
Golongan
Senyawa Organik
|
S₂
|
Garam
dari asam organik (RCO₂Na,
RSO₃Na);
amina hidroklorida (RNH₃Cl);
asam amino ; karbohidrat
(gula); senyawa polihidroksi,
dsb.
|
SA
|
Asam
karbosiklik monofungsional
dengan 5 karbon atau dibawahnya, asam-asam arilsulfonik.
|
SB
|
Amina
monofungsional dengan 6 karbon atau dibawahnya (turunannya).
|
S₁
|
Alkohol
monofungsional, aldehida, keton, ester, nitril, dan amida dengan 5 karbon
(contoh : asetaldehida).
|
A₁
|
Asam
organik kuat, asam karbosiklik
dengan lebih dari 6 karbon, Phenol dengan susunan letak gugusnya pada orto
dan para (contoh : asam
benzoat).
|
A₂
|
Asam
organik lemah, phenol, enol, oxim, imidies, sulfoamida, tiofenol, semua yang
memiliki karbon lebih dari 5.
|
B
|
Amina
alifatik dengan 8 atau lebih karbon penyusunnya, anilin (hanya untuk satu
fenol yang berikatan dengan nitrogen); beberapa eter.
|
MN
|
Bermacam-macam
senyawa netral yang memiliki gugus nitrogen atau sulfur dan memiliki lebih
dari 5 atom karbon.
|
N
|
Alkohol,
aldehida, keton, ester, dengan satu gugus fungsional dan terdiri dari 5 atom
karbon lebih yang kurang dari 9, eter, epoksida, alkena, alkil, beberapa senyawa
aromatis.
|
I
|
Hidrokarbon
jenuh, haloalkana, arilhalida, senyawa aromatik lain yang tidak reaktif,
diaril eter (contoh: naftalena).
|
G. PEMBAHASAN
Kelarutan senyawa organic terjadi karena adanya reaksi kimia dan adanya
sifat saling campur antara pelarut dan zat terlarut. Namun percobaan yang
dilakukan , bahan –bahan yang akan semuanya mengandung gugus fungsi sehingga
mekanisme kelarutan terjadi karena adanya reaksi kimia yaitu kelarutan
berdasarkan asam dan basa.
Suatu larutan mengandung zat terlarut
atau lebih dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponenyang jumlahnya
sedikit ,sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.
Banyaknya zat terlarut yang menghasilkan larutan jenuh, dalam jumlah tertentu
pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat
bergantung sifat zat itu ,molekul pelarut, temperatur, dan tekanan ( Hiskia,
2001).
Praktikum
kali ini bertujuan
untuk mengetahui kelarutan zat organik dalam beberapa pelarut dan menentukan gologan suatu zat organik
berdasarkan kelarutannya. Ada
beberapa zat organic yang akan diuji diantaranya asetaldehid, butanol, asam
benzoat, naftalein dan anilin. Semua zat organic tersebut diuji dengan
air,dimana air berperan sebagai penentu kepolaran suatu senyawa. Jenis pelarut
yang lain selain air diantaranya eter, NaOH, NHCO3, HCl, H2SO4
dan H3PO4 dengan pH yang dimiliki oleh masing-masing larutan berbeda-beda sehingga pada keadaan tertentu suatu
zat yang dapat larut dan eter dapat dilanjutkan pengujiannya dengan menggunakan
kertas lakmus.
Percobaan
pertama yaitu pengujian larutan asetaldehid, dimana pada pengujian asetaldehid
ini ditambahkan dengan air dan hasilnya asetaldehid larut di dalam air, ini
disebabkan oleh intraksi antar molekul yang berikatan dengan kepolaran gugus
karbonil mengakibatkan titik didih asetaldehid lebih dari pada titik didih
hidrokarbon berbobot molekul sebanding. Asetaldehid mudah menguap dan mempunyai
bobot yang rendah. Karena asetaldehid di dalam air ,kemudian dilanjutkan
pengujiannya dengan menambahkan eter pada larutan asetaldehid, eter biasanya
bereaksi dengan asam encer, karena eter memiliki titik didih lebih rendah
dibandingkan titik didih alcohol walaupun jumlah atomnya sama. Karena kelarutan
eter di dalam campuran lebih tinggi dari pada kelarutan asetaldehid sehingga
asealdehid larut di dalam eter. Dari pengujian dengan kertas lakmustidak
terjadi perubahan warna sehingga membentuk larutan netral sehingga dimasukkan
ke dalam golongan S1 yaitu golongan yang suka terhadap pelarut air dan
membentuk larutan netral dengan pelarut eter.
Pada
pengujian larutan yang kedua berdasarkan hasil pengamatan didapatkan butanol
tidak larut dalam air, NaOH 5%, HCl 5%, dan H3PO4 85% dan
larut pada H2SO4 96%.butanol tidak larut dalam air
disebabkan butanol bersifat hidrofobik (tidak suka air), selain itu butanol
merupakan gugus homolog alkohol pertama yang tidak larut dalam air. Ini
berdasarkan teorinya yaitu semakain panjang hidrokarbonnya atau semakin banyak
jumlah atom karbon pada suatu senyawa alcohol ,maka semakin rendah pula
kelarutannya dalam air. Butanol tidak larut dalam NaOH 5% disebabkan sifat
butanol sama dengan NaOH 5% yaitu bersifat basa. Butanol tidak larut dalam HCl
,seharusnya berdasarkan konsepnya butanol larut dalam HCl yang merupakan
pelarut asam. Adapun tidak larutnya
butanol dalam HCl 5% dikarenakan konsentrasi HCl sangat kecil. Kemudian
butanol tidak larut dalam H3PO4 .seharusnya butanol larut
dalam H3PO4 . yang menyebabkan tidak larutnya butanol
dalam H3PO4 dikarenakan kesalahan atau konsentrasi dari
butanol lebih tinggi dari H3PO4. Selanjutnya butanol
dapat larut dalam dalam H2SO4 96%, ini karena H2SO4
bersifat asam dan butanol bersifat basa,karena butanol mudah larut dalam larutan
asam. Pada proses penambahan H2SO4 96% butanol larut
ditandai dengan adanya perubahan warna larutan menjadi kuning dan timbul
panas.warna kuning disebabkan oleh terbentuknya ester sulfat sedangkan panas
yang ditimbulkan karena dalam proses pembentukannya butanol akan terurai begitu
juga dengan asam sulfat dimana terdapat energy disosiasi yang dilepaskan
sehingga terjadi peningkatan suhu larutan.
Percobaan
ketiga yaitu proses identifikasi Kristal asam benzoate ,asam benzoate tidak
larut dalam air. Hal ini disebabkan karena asam benzoate adalah asam
karboksilat lemah bahkan terlalu lemah
untuk menghilangkan proton. Kemudian proses pelarutan selanjutnya yaitu
asam benzoate dapat larut dalam NaOH. Hal ini disebabkan karena NaOH adalah
termasuk basa kuat sehingga pada saat pencampuran akan ternetralisasi dan
terurai membentuk ion dan juga air dan terbentuk larutan yang bewarna bening.
Selanjutya asam benzoate dapat larut dalam NaHCO3 5%. Hal ini
disebabkan karena NaHCO3 bersifat basa dan akan melarutkan asam
benzoate.
Percobaan
keempat yaitu proses pengujian naftalen ,berdasarkan hasil pengamatan
didapatkan naftalen tidak dapat larut dalam air, NaOH, HCl, dan H2SO4.hal
ini dikarenakan naftalen merupakan turunan benzene yang mana benzene dan turunannyatidak dapat
larut dalam air yang bersifat non polar.
Percobaan
yang terakhir yaitu identifikasi anillin dimana didapatkan hasil anillin tidak
larut pada air, NaOH 5% dan HCl 5% dan hanya larut pada H2SO4
96% dan H3PO4 85%. Anillin tidak larut pada air karena
bersifat nonpolar. Selain itu anillin tidak larut dalam senyawa yang bersifat
basa ,oleh karenanya hanya dapat larut pada pelarut asam. Anillin digolongkan
pada N1 karena hanya larut pada H2SO4 96% dan H3PO4
85%.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
1.
Kelarutan
zat organik dalam beberapa pelarut antara lain
1)
Asetaldehida larut dalam air dan eter.
2)
Butanol larut dalam asam (H2SO4).
3)
Asam benzoat larut dalam pelarut basa (NaOH dan NaHCO3).
4)
Naftalen tidak larut dalam air, eter, asam, dan
basa.
5)
Anilin larut dalam pelarut asam (H2SO4 dan H3PO4).
2.
Golongan zat organik berdasarkan kelas
kelarutannya yaitu:
1)
Kelas kelarutan asetaldehida adalah S1.
2)
Kelas kelarutan butanol adalah N2.
3)
Kelas kelarutan asam benzoat adalah A1.
4)
Kelas kelarutan naftalen adalah I.
5)
Kelas kelarutan anilin adalah N1.
DAFTAR
PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia
Dasar: Konsep-Konsep Inti. Edisi Ke-3/Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hiskia, Ahmad.
2001. Kimia Larutan. Bandung : PT.
Citra Aditya Bakti.
Sarker, Satyajit D. dan Lutfun Nahar. 2007. Chemistry for Pharmacy Students: General,
Organic, and Natural Product Chemistry. West Sussex: John Wiley & Sons
Ltd.
Widjoseno, Djainuddin. Pengaruh Penambahan Adiktif Oktan
Booster-17 Sampai AOB-31 Terhadap Perubahan Angka Oktan dan Sifat Fisika Kimia
Bensin Premium 88. Bandung : LIPI. 2003.
No comments:
Post a Comment