ACARA
II
PEMISAHAN
DAN PEMURNIAN ZAT PADAT
A. PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
1. Tujuan
Praktikum:
a. Melakukan
rekristalisasi dengan baik.
b. Memilih
pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi.
c. Menjernihkan
dan menghilangkan warna larutan.
d. Memisahkan
dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi.
2. Waktu
Praktikum:
Jumat,15 November 2013
3. Tempat
Praktikum:
Lantai III,Laboratorium
Kimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu
Pengetahuan
Alam,
Universitas Mataram.
B. LANDASAN
TEORI
Zat padat mempunyai volume dan
membentuk yang tetap, ini disebabkan karena molekul-molekul dalam zat padat
memiliki tempat yang tetap di dalam kristal. Zat padat dibedakan antara zat
padat kristal dan arrorf. Didalam kristal ,atom atau penyusunnya mempunyai
struktur tetap, tetapi dalam zat arrorf tidak. Zat arrorf dapat dianggap
sebagai cairan yang membeku terlambat dengan viskositas sangat besar. Kristal
mempunyai titik lebur pasti, sedangkan pada zat arrorf tidak pasti,tetapi
terdapat dalam satu interval temperatur ( Sukardjo,2002 : 112 ).
Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan
kualitas suatu bahan agar mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Beberapa
metode pemurnian yang dikenal adalah secara kimia ataupun fisika. Pemurnian
secara fisika memerlukan peralatan penunjang yang cukup spesifik. Untuk metode
pemurnian kimiawi bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sederhana
dan hanya memerlukan pencampuran dengan adsorben atau senyawa pengomplek
tertentu (Hernani, 2006).
Rekristalisasi merupakan salah
satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan dimana zat-zat tersebut
dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali,cara ini
bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu dikala suhu diperbesar.
Kaarena konsentrasi input yang mudah,tetapi dalam larutan smentara produk yang
konsentrasinya tinggi akan mengendap ( Arsyad,2001 : 126 ).
Sublimasi merupakan cara yang
digunakan untuk pemurnian senyawa-senyawa organik yang berbentuk padatan.
Pemanasan yang dilakukan terhadap senyawa organik akan menyebabkan terjadinya
perubahan sebagai berikut: apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam
keadaan padat, pada tekanan tertentu zat tersebut akan meleleh kemudian
mendidih. Di sini terjadi perubahan fase dari padat ke cair baru ke fase gas.
Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan cair, pada tekanan
tertentu dan temperatur tertentu pula (pada titik didihnya) akan berubah
menjadi fase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada dalam keadaan
padat, pada tekanan dan temperatur tertentu akan langsung berubah menjadi fase
gas tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Zat padat sebagai hasil reaksi
biasanya bercampur dengan zat padat lainnya. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan
zat-zat padat yang kita inginkan, perlu dimurnikan terlebih dahulu. Prinsip
proses ini adalah perbedaan kelarutan zat pengotornya ( Underwood,2002 : 169 ).
C. ALAT
DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alatPraktikum:
a. Batang
pengaduk
b. Corong
kaca
c. Erlenmeyer
250 ml
d. Filter
flask
e. Gelas
arloji
f. Gelas
kimia 250
ml
g. Gelas
kimia 1000
ml
h. Hot
plate
i.
Neraca analitik
j.
Pipet tetes
k. Pompa
vakum
l.
Tabung reaksi ukuranbesar
2. Bahan-bahanPraktikum:
a. Aquades
b. Es
batu
c. Kertassaring
d. Metanol
e. Norit
f. Padatan
asam benzoat kotor
g. Padatan
naftalen kotor
D. SKEMA
KERJA
1.
Kristalisasi Asam
Benzoat
2
gram asam benzoat kotor
|
|
Hasil
|
Hasil
Hasil
2.
Rekristalisasi Asam
Benzoat dalam Sistem Dua Pelarut (Tidak dilakukan)
|
50 gr asam benzoat
|
Hasil
|
Hasil
Hasil
3.
Sublimasi
|
1 gr naftalen kotor
|
Hasil
Hasil
E. HASIL
PENGAMATAN
No.
|
Prosedur
|
Hasil Pengamatan
|
1
2
|
Kristalisasi asam
benzoat
a.
Asam benzoat + metanol panas
b.
Larutan mendidih + 0,5 gr norit
c.
Difiltrasi
d.Dipanaskan
e.Ditimbang
Sublimasi
a.
Naftalen kotor 1 gr
b.
Disublimasi
c.
ditimbang
|
a.
Asam benzoat larut, larutan berwarna bening
b.
Tidak bercampur, terbentuk suspensi
c.
Didapatkan larutan bewarna kuning dan di atas kertas saring terdapat sisa yang dibentuk
resedu.
d.
Warna berubah menjadi bening dan terbentuk Kristal.
e.
Berat kristal= 0,44 gram
a.
Berbentuk padatan putih
b.
Lama-kelamaan menguap,uap membeku(mengkristal) pada dinding tabung.
c.
Berat kristal =1,08 gram
|
F.
ANALISIS DATA
1.
Kristalisasi Asam
Benzoat
2.
Sublimasi Naftalen
|
|
|
|
3.
Perhitungan
a.
Kristalisasi Asam
Benzoat
·
Diketahui: massa asam benzoat kotor = 2 gram
massa asam benzoat murni = 0,44 gram
·
Ditanya: % asam
benzoat = ...?
·
Penyelesaian: % asam
benzoat = x 100 %
= x 100%
= 0,22x
100 %
= 22 %
b. Sublimasi
Naftalen
·
Diketahui: massa
naftalena kotor = 1 gram
massa naftalena kotor = 1,08 gram
·
Ditanya: % naftalena =
...?
·
Penyelesaian: %
naftalena = x 100 %
= x 100 %
= 108 %
G. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk
melakukan reakristalisasi dengan baik memilih pelarut yang sesuai untuk
rekristalisasi, menjernihkan dan menghilangkan warna larutan , dan memisahkan
serta memurnikan campuran dengan rekristalisasi. Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari
pengendapan larutan. Kristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara
bahan padat-cair, dimana terjadi perpindahan masa dari suatu zat terlarut (solute) dari
cairan larutan ke fase kristal padat.
Pada percobaan pertama ,yaitu kristalisasi
asam benzoate ( asam aromatik )
. Asam benzoat dilarutkan dengan pelarut metanol (CH3OH).
Penggunaan
methanol sebagai pelarut dikarenakan metanol merupakan pelarut yang dapat melarutkan secara
baik. Asam benzoat dapat larut dalam metanol
karena kedua senyawa tersebut sama-sama bersifat polar. Namun, kelarutan asam
benzoat dalam metanol terbatas jika metanol berada dalam kondisi dingin. Untuk
itu, agar dapat dilarutkan lebih banyak asam benzoat, metanol dipanaskan
terlebih dahulu. Sehingga reaksi berlangsung lebih cepat karena pada kondisi
suhu yang tinggi mempengaruhi kecepatan gerak partikel-partikel pelarut, di mana
dalam hal ini partikel-partikel pelarut bergerak lebih cepat, menyebabkan
molekul pelarut lebih mudah mendesak molekul zat terlarut (asam benzoat) untuk
dapat terurai.
Pada
saat pemanasan, methanol ditambahkan sedikit
demi sedikit pada larutan asam benzoate.hal ini bertujuan agar larutan tidak
kurang dari jenuh,karena apabila larutan kurang dari jenuh maka Kristal asam
benzoat tidak akan terbentuk. Perlu diketahui bahwa asam benzoate yang telah dilarutkan
tersebut adalah asam benzoate kotor, sehingga pada pemanasan larutan perlu
ditambahkan norit. Hal ini bertujuan untuk menyerap berbagai pengotor yang ada pada asam benzoate yang disebut dengan absorben. Proses
selanjutnya larutan kemudian disaring dalam keadaan panas untuk menghilangkan
pengotor yang tidak larut. Penyaringan larutan dalam keadaan panas dimaksudkan
untuk memisahkan zat-zat pengotor yang tidak larut atau tersuspensi dalam
larutan. Selanjutnya
adalah pendinginan filtrate. Hal ini bertujuan agar kristal dapat terbentuk.
Diperlukan waktu kurang lebih 20 jam agar filtrate tersebut dapat menjadi
kristal seutuhnya. Namun percobaan kali ini didapatkan
Kristal sebesar 0,44 gram,karena filtrate yang didiamkan tidak terbentuk
Kristal. Kesalahan ini mungkin terjadi karena di dalam filtrate tersebut masih
terdapat methanol sehingga tidak terjadi pengkristalan.
Pada percobaan kedua yaitu sublimasi. Sublimasi adalah teknik pemurnian senyawa-senyawa
organic yang berbentuk padatan. Dimana pada sublimasi zat padat langsung
berubah wujud ke fase gas tanpa melewati fase cair atau sebaliknya dari fase
gas langsung ke fase padatan. Adapun tujuannya yaitu untuk memurnikan naftalena
dengan pengotor-pengotornya . naftalen kotor dipanaskan dalam filter flash
dengan menggunakan alat vakum. Hal ini bertujuan agar uap dari naftalen ini
tidak mencair. Terlihat uap naftalen ini terkena dinding tabung reaksi yang
dingin karena berisi es batu, hal ini mengalami kondensasi dan berubah menjadi
padatan kembali yang menempel pada dinding tabung reaksi. Adapun hasil yang
diperoleh dari satu gram naftalen kotor yang disublimasi ,diperoleh Kristal
naftalen seberat 1,08 gram. Bentuk Kristal yang terbentuk dari naftalen tidak
beraturan ,lebih terlihat seperti pecahan kaca.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa :
1.
Untuk melakukan rekristalisasi harus digunakan
pelarut yang tepat untuk melarutkan zat atau senyawa yang akan
direkristalisasi.
2.
Pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi dapat
diketahui dengan melihat sifat-sifat zat atau senyawa yang akan
direkristalisasi. Pelarut yang
digunakan adalah methanol karena methanol merupakan pelarut yang dapat
melarutkan dengan baik.
3.
Untuk menjernihkan dan menghilangkan warna
larutan ditambahkan karbon
aktif(norit), karena karbon aktif ini menyerap serta menarik pengotor-pengotor
yang ada pada larutan.
4.
Pemisahan dan pemurnian campuran dengan
rekristalisasi didasarkan pada perbedaan kelarutan pada suhu yang berbeda.
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment